Label

Senin, 07 Februari 2011

CHANDRA ASRI LIRIK PROYEK REFINERY

INDUSTRI PLASTIK
Chandra Asri Lirik Proyek Refinery
JAKARTA. Ketergantungan bahan baku nafta dari impor mendorong pemerintah untuk membangun proyek kilang minyak atau refinery. Selain menghasilkan minyak, kilang minyak ini juga diharapkan bisa menghasilkan nafta yang dibutuhkan untuk bahan baku plastik. Nah, produsen plastik yang berminat untuk ikut serta masuk dalam proyek refinery ini adalah PT Chandra Asri.

Sekretaris Perusahaan PT Chandra Asri Suhat Miyarso mengatakan, dalam jangka panjang Chandra Asri ingin melakukan integrasi bisnis ke hulu. "Supaya kita mendapat jaminan bahan baku nafta. Sebab selama ini bahan baku nafta masih diimpor," kata Suhat.

Seperti diketahui, berdasarkan road map Kementerian Perindustrian (Kemprin), hingga tahun 2014 nanti pemerintah merencanakan untuk membangun tiga kilang minyak. Rencananya, lokasinya berada di Banten, Jawa Barat, Tuban Jawa Timur dan Kalimantan Timur.

Suhat mengaku, Chandra Asri sudah menyatakan minatnya untuk ikut serta masuk dalam proyek ini. "Supaya lebih dekat dengan pabrik, kita lebih memilih untuk refinery yang di Banten," ungkapnya. Ia juga bilang, saat ini sudah dilakukan beberapa kali pembicaraan dengan pemerintah.

Saat ini, kapasitas produksi industri olefin sebesar 600.000 ton per tahun. Dengan kebutuhan olefin dalam negeri mencapai 1,3 juta - 1,4 juta ton per tahun; maka sebagian besar kebutuhan olefin dipenuhi dari impor.

Sayangnya, Suhat belum bisa mengatakan berapa besar porsi yang akan diambil oleh Chandra Asri. "Kita ingin masuk ke proyek kilang ini, cuma tidak ingin mayoritas. Yang penting kita mendapat suplai naftanya," jelasnya.

Catatan saja, rencananya, pemerintah bersama Pertamina akan membangun kilang minyak di Bojonegoro Banten dengan kapasitas produksi mencapai 300.000 ton per tahun. Untuk produksi ini, kilang minyak Banten membutuhkan suplai minyak mentah sebanyak 300.000 barel per hari.

Suhat mengatakan, dengan suplai minyak mentah sebanyak 300.000 barel per hari ini akan menghasilkan nafta sekitar 30.000 ton per hari, atau sekitar 10% nya. Sementara itu, "Kebutuhan nafta Chandra Asri sebanyak 50.000 ton per hari," jelasnya.

Karenanya, jika memungkinkan, Chandra Asri akan masuk di lebih dari satu proyek kilang minyak ini. Untuk proyek kilang Bojonegoro, Chandra Asri juga bersedia menyediakan lahannya. "Tapi soal ini harus dibicarakan business to bussiness," katanya.

SK KOREA AKAN PASOK MINYAK MENTAH KE PERTAMINA (DES 2010)

BISNIS PERTAMINA
SK Korea akan pasok minyak mentah ke kilang Pertamina
JAKARTA. PT Pertamina (Persero) menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) dengan SK Korea untuk pengolahan produk kilang, pada Rabu (8/12).
Dirjen Minyak dan Gas Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo menyatakan MoU tersebut bentuk awal kerjasama antara Pertamina dengan SK Korea.
Nantinya kilang Pertamina akan menampung kelebihan hasil dari SK Korea. "SK Korea nantinya kirim produk mereka buat kilang Pertamina. Bentuk dan jenisnya belum tahu, masih dalam pembicaraan lebih jauh," ujar Evita saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (10/12).
Direktur Utama Pertamina, Karen Agustiawan menolak menjelaskan lebih jauh soal rencana kerjasama tersebut. "Nanti saja ada joint release-nya," kata Karen.
Sebagai informasi, bisnis pengolahan Pertamina memiliki dan mengoperasikan 6 unit Kilang dengan kapasitas total mencapai 1.046,70 ribu barel. Kilang UP-III Plaju dan Kilang UP-IV Cilacap terintegrasi dengan kilang Petrokimia, dan memproduksi produk Petrokimia yaitu Purified Terapthalic Acid (PTA) dan Paraxylene.
Beberapa kilang tersebut juga menghasilkan LPG, seperti di Pangkalan Brandan, Dumai, Plaju, Cilacap, Balikpapan, Balongan dan Mundu.
Pertamina, sejak April 2008 bersama dengan SK Corp dari Korea, telah memproduksi Lube Oil Base Group III dari LBO Plant yang berada di Kilang UP II Dumai. Jenis Lube Base yang dihasilkan adalah type 100-N dan 150-N. LBO ini akan menjadi produk unggulan internasional Pertamina di pasar pelumas.
Saat ini, Pertamina menargetkan peningkatkan kapasitas kilang minyak. Untuk itu, Pertamina sedang sibuk mencari investor. Lanjut Karen, walaupun Pertamina telah berhasil tetapi pekerjaan rumah tetap pada pemerintah untuk memberikan insentif fiskal. "Saat ini insentif fiskal untuk kilang masih belum menarik bagi investor di sini," ujarnya.