Label

Kamis, 27 Desember 2012

2013 Investasi Pabrik Petrokimia Mulai Bergulir


Published: 14 Dec 2012



   
IMQ, Jakarta —  Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan pada 2013 investasi pembangunan pabrik petrokimia di dalam negeri akan meningkat karena Indonesia mempunyai sumber daya alam berupa minyak dan gas bumi serta batubara.

“Tren importasi petrokimia di dalam negeri yang terus menunjukkan peningkatan dalam beberapa tahun terakhir ini dipercaya bisa berbailik arah pada empat tahun ke depan. Pasalnya, investasi pembangunan pabrik petrokimia di dalam negeri akan bergulir mulai tahun depan dan bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri maupun ekspor,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kemenperin, Panggah Susanto, pada acara diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) dengan tema proyeksi industri petrokimia nasional di Jakarta, Jumat (14/12).

Pada tahun lalu, menurut Panggah, kebutuhan berbagai produk petrokimia di dalam negeri sekitar 4,4 juta ton. Sementara pasokan yang bisa diberikan oleh produsen petrokimia nasional hanya 3,3 juta ton.

“Pada 2016 nantinya kebutuhan produk petrokimia nasional diprediksi mencapai 5,58 juta ton. Di sisi lain, pasokan petrokimia bisa mencapai 8,3 juta ton dan ada kelebihan pasokan sebesar 2,7 juta ton yang nantinya bisa dialokasikan untuk kebutuhan ekspor,” paparnya.

Agar perbaikkan struktur industri petrokimia nasional ini bisa tercapai, lanjut Panggah, pemerintah akan terus mengawal perkembangan industri petrokimia nasional.

“Dengan margin yang tipis di industri ini, feedback yang bisa diberikan kepada investor sangat penting,” ujarnya.

Sedangkan VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir menambahkan, Pertamina sudah siap dan berkomitmen untuk membangkitkan kembali industri petrokimia yang sempat mati.

“Yang memulai industri Petrokimia di Indonesia adalah Pertamina pada 1970 dan Pertamina ingin gunakan salah satu strength untuk kembali tampil menjadi pemimpin industri petrokimia nasional,” tandasnya.

2013, Pertamina Patok Penjualan Petrokimia 500 Ribu Ton

2013, Pertamina Patok Penjualan

Petrokimia 500 Ribu Ton

Jumat, 14 Desember 2012,
 
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pemasaran dan Niaga, PT Pertamina (Persero), Habung Budya mengatakan pihaknya mematok produk petrokimia di pasar domestik dan tergional bertambah sekitar 500 ribu ton pada 2013 mendatang. Tambahan tersebut, akan dilakukan perusahaan patunan yang dibentuk bersama dengan mitra usaha.

"Setelah perusahaan patungan terbentuk, sekitar Juli 2013 akan langsung melakukan kegiatan pemasaran produk petrokimia," katanya di Jakarta, Jumat (14/12).

Sehingga, ia mengharapkan, sebelum kilang petrokimia benar-benar terbangun pada 2017 mendatang, pihaknya sudah mampu memasok produk petrokimia, khusus domestik, dengan lebih kompetitif dan efisien. "Jadi, kita kerja sama membentuk pasar dulu dengan mitra," katanya.

Terkait mitra usaha yang akan dipilih nantinya, lanjut dia, harus memiliki produk petrokimia yang kompetitif, berkualitas dan memiliki dukungan teknis. "Produk petrokimia kilang Pertamina masih terbatas, sehingga melalui kerja sama ini pasarnya bisa kita kuasai dulu dengan produk dari mitra kita," katanya.

Pada pekan lalu, Pertamina telah menandatangani nota kesepahaman (memorandum of understanding/ MoU) dengan tiga perusahaan petrokimia multinasional, yaitu SK Global Chemical, PTT Global Chemical, dan Mitsubishi Corporation. Isi MoU antara lain kerja sama pembangunan pabrik petrokimia berkapasitas satu juta ton per tahun dengan perkiraan investasi Rp48 triliun atau lima miliar dolar AS.

Selanjutnya, pada April 2013, Pertamina menargetkan sudah menetapkan satu di antara tiga perusahaan sebagai mitra pembangunan kilang petrokimia yang ditargetkan beroperasi 2017. Kilang petrokimia direncanakan menghasilkan produk etilen 250 ribu ton, polietilen 400 ribu ton, polipropilen 350 ribu ton, 0an PVC 200 ribu ton per tahun.

Sebelum pabrik terbangun pada 2017, Pertamina dan mitra terpilih akan melakukan kerja sama pemasaran produk petrokimia di pasar domestik dan regional. Dalam perusahaan patungan itu, Pertamina menetapkan kepemilikan saham minimal 51 persen.

Saat ini, pasar petrokimia domestik masih didominasi impor dengan perkiraan sekitar lima miliar dolar AS per tahun. Pertamina kini baru menguasai pangsa pasar hanya 10 persen dari total kebutuhan petrokimia nasional.

Setelah kilang terbangun, Pertamina menargetkan penguasaan 30 persen pangsa pasar setelah 2017 atau senilai sembilan miliar dari total 30 miliar dolar pada saat itu. Pada tahap selanjutnya Pertamina menargetkan penguasaan pasar petrokimia menjadi 80 persen pada 2025.

Pertamina: Tak Semua 'Happy' Kita Bangun Kilang

Pertamina: Tak Semua 'Happy' Kita Bangun Kilang

Jumat, 14 Desember 2012,
 
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--- PT Pertamina (Persero) menilai banyak pihak yang tidak suka dengan rencana perusahaan untuk membangun kilang minyak baru di Indonesia. Padahal rencana itu, sebut Pertamina, bagian antisipasi program ketahanan energi.

"Tidak semua pihak 'happy' dengan pembangunan proyek kilang baru di Indonesia," kata Vice President Corporate Communications PT Pertamina (Persero), Ali Mundakir, pada acara diskusi Proyeksi Industri Petrokimia Nasional di Jakarta, Jumat (14/12).

Padahal, menurut Ali, pembangunan kilang baru sangat penting untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri yang selama ini kekurangan masih dipenuhi oleh impor. Selain itu, kilang juga memenuhi kebutuhan bahan baku industri petrokimia.

"Kilang yang ada saat ini sudah tua dan desainnya untuk minyak campur alias gado-gado sehingga hasilnya tidak maksimal. Padahal, harusnya kilang harus fokus pada bahan jenis tertentu agar hasilnya bisa maksimal," paparnya.

Yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kilang, lanjut Ali, adalah jaminan pasokan minyaknya.

"Pasokannya harus konsisten dan membangun kilang tidak seperti membangun industri baju, yang bisa mengambil bahan bakunya dari mana saja. Kalau kilang, minyaknya gado-gado hasilnya tidak akan maksimal," ujarnya. Ali menilai indeks kompleksitas kilang Indonesia rata-rata masih di bawah 5.

"Kilang di Singapura indeks kompleksitasnya 7, tetapi untuk Kilang Balongan sudah 11. Kendala lain dalam pembangunan kilang adalah marginnya yang sangat kecil dan tujuan utama Pertamina untuk membangun kilang adalah untuk menjamin ketahanan energi," tandasnya.

2013 Impor Petrokimia Capai 8 Miliar Dolar AS

2013 Impor Petrokimia Capai 8 Miliar Dolar AS

Jumat, 14 Desember 2012,
2013 Impor Petrokimia Capai 8 Miliar Dolar AS
Pabrik petrokimia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkirakan nilai impor produk petrokimia pada 2013 mencapai 8 miliar dolar AS. Impor baru dapat dihentikan bila Indonesia setidaknya membangun tiga kilang yang terintegrasi dengan pabrik petrokimia.
Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur Kemenperin, Panggah Susanto menyatakan, kebutuhan dalam negeri akan petrokimia sangat besar. “Namun, Indonesia masih bergantung pada pasokan produk petrokimia impor. Kondisi itu, setidaknya bakal berlanjut hingga 2-3 tahun ke depan,” katanya, Jumat (14/12). Setiap tahun, kebutuhan produk petrokimia akan naik setidaknya sekitar 10 persen, mengikuti pertumbuhan industri hilir pengguna. "Tahun ini, impor petrokimia bisa mencapai 7 miliar dolar,” ujarnya.
Ketergantungan Indonesia terhadap produk petrokimia impor hanya bisa dihentikan bila sejumlah proyek petrokimia bisa diselesaikan sesegera mungkin. Pengembangan petrokimia hulu difokuskan antara lain di Cilegon untuk pengembangan nafta, Bontang untuk pengembangan gas bumi, Tuban untuk kondensat, Muara Enim untuk gas bumi dan batu bara, serta Teluk Bintuni untuk pengembangan gas bumi.
Panggah mengatakan, proyek-proyek tersebut baru bisa beroperasi pada 2016. Dengan pengembangan tersebut Indonesia bisa menyuplai dua juta ton ethylene. Sementara, permintaan dalam negeri hanya 1.344 ribu ton sehingga bisa mengeskpor 656 ribu ton ethylene. "Indonesia kemudian bisa menjadi eksportir produk petrokimia," katanya.
Pada tahun lalu, permintaan produk petrokimia nasional mencapai 4,42 juta ton untuk ethylene, propylene, polyethylene, monoethylene, polypropylene, dan butadiene. Pasokan dari dalam negeri tercatat mencapai 3,35 juta ton dan sisanya dipasok dari impor. Sementara pada 2016 permintaan industri petrokimia diproyeksikan mencapai 5,58 juta ton dan suplai dari dalam negeri mencapai 8,34 juta ton.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Ali Mundakir mengatakan, perusahaan bertekad akan menambah kontribusi di industri petrokimia lebih banyak lagi. Saat ini, kontribusi Pertamina di industri petrokimia baru sekitar 10 persen. Tahun 2015, ditargetkan kontribusi pertamina bisa mencapai 30 persen. “Industri petrokimia permintaannya tinggi, nilai tambahnya besar. Semestinya bisa kita manfaatkan secara terintegrasi,” ujar Ali.

Pertamina Targetkan Penuhi 80 Persen Petrokimia

Pertamina Targetkan Penuhi 80 Persen Petrokimia

Jumat, 14 Desember 2012
Pertamina Targetkan Penuhi 80 Persen Petrokimia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir mengatakan, perusahaan itu menargetkan dapat memenuhi kebutuhan industri petrokimia dalam negeri sebesar 80 persen di tahun 2025.

"Langkahnya untuk mencapai itu dengan memaksimalkan jaringan kilang yang ada di Pulau Jawa, Sumatra, Banten, Kalimantan, dan Papua," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir dalam diskusi Forum Wartawan Perindustrian di Jakarta, Jumat (14/12).

Dia mengatakan, saat ini Pertamina hanya bisa memenuhi 10 persen kebutuhan petrokimia dalam negeri. Menurut dia, selama ini sejumlah 800 ribu ton Petrokimia dalam negeri di pasok dari impor. "Kami menargetkan memenuhi 30 persen kebutuhan industri itu di tahun 2017," ujarnya.

Ali mengatakan, potensi industri petrokimia sangat besar, sehingga diperlukan pembangunan kilang untuk mencapai tujuan itu. Menurut dia, saat ini Pertamina memiliki dua kilang besar untuk memenuhi kebutuahn petrokimia itu yaitu kilang Balongan dan Cilacap, lalu ada di Balikpapan dan di Tangguh Papua. "Rencannya dua kilang baru akan dibangun," ujarnya.

Menurut dia, untuk kilang Balongan direncanakan dapat menghasilkan kapasitas Polypropylene sebanyak 250 ribu ton pertahun. Dia mengatakan, proyek itu untuk menaikkan nilai tambah propylene RU VI menjadi produk polypropylene yang memiliki nilai jual tinggi untuk market dalam negeri. "Kilang baru sudah ditentukan siapa saja sehingga prosesnya bisa berjalan maksimal," katanya.

Menurut dia, nilai investasi pembangunan kilang dengan kapasitar 200 ribubarel adalah sejumlah 8 miliar dolar AS. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan impor Indonesia di sektor migas dan petrokimia senilai 32 miliar dolar AS.

Dia mengatakan Indonesia penuh Sumber Daya Alam berupa migas dan batubara untuk mengembangkan industri petrokimia sebagai salah satu penopang industri nasional. "Keberadaan industri petrokimia memberi manfaat antara lain penguatan struktur industri kimia dan industri terkait dari hulu hingga produk jadi, pengembangan wilayah industri, dan penghematan devisa," katanya.

Menurut dia, Indonesia masih kekurangan pasokan produk-produk petrokimia, seperti polypropylene dengan kebutuhan 1.055.000 ton namun pasokannya hanya 955 ribu ton. Namun dia meyakinkan bahwa tahun 2016 Indonesia memiliki kelebihan pasokan produk petrokimia dengan beberapa rencana pengembangan.

Dia mengatakan industri petrokimia selama ini belum terintegrasi. Untuk itu menurut dia perlu membangun tiga kilang dengan kapasitas masing-masing 300 ribu BPD terintegrasi dengan pabrik petrokimia untuk memasok BBM dan bahan baku pabrik olefin dan aromatic. "Selain itu membangun naphtha cracker baru 1 juta ton ethylene per tahun," katanya.

Menurut dia, pengembangan industri petrokimia perlu difokuskan pada penguatan struktur hulu ke hilir melalui pembangunan industri petrokimia dasar yang memanfaatkan cadangan migas dan batubara.

Minggu, 21 Oktober 2012

Pertamina membeli Petrodelta Venezuela

Pertamina membeli Petrodelta Venezuela


Pertamina membeli Petrodelta Venezuela
JAKARTA. PT Pertamina segera menjadi pemegang 32% saham perusahaan migas nasional Venezuela, Petrodelta SA. Pertamina membeli seluruh saham Petrodelta yang dimiliki perusahaan migas Amerika Serikat, Harvest Natural Resources Inc. Kabarnya, nilai akuisisi ini mencapai US$ 725 juta atau hampir Rp 7 triliun (US$ 1=Rp 9.500).
Direktur Utama PT Pertamina, Karen Agustiawan, menyatakan sudah meneken perjanjian pembelian saham dengan Harvest Natural. "Dengan akuisisi tersebut, Pertamina berharap bekerjasama lebih erat dengan Petróleos de Venezuela SA (PDVSA)," ujar Karen, Jumat (22/6).
PDVSA adalah perusahaan migas nasional Venezuela mitra Harvest dalam joint venture Petrodelta. PDVSA mengelola Petrodelta lewat anak usahanya, Corporación Venezolana del Petróleo SA (CVP), yang memiliki 60% saham Petrodelta. Satu mitra lainnya adalah Vinccler O&G Tech, perusahaan lokal Venezuela yang mengantongi 8% saham sisanya.
Akuisisi Pertamina akan efektif setelah kedua pihak memenuhi prasyarat. Yaitu, Pertamina dan Harvest mendapat persetujuan dari pemegang sahamnya dan juga dari pemerintah Venezuela.
Menurut Vice President Communication Pertamina, Mochamad Harun, nilai akuisisi ini bisa diketahui usai penutupan transaksi. "Paling lambat Januari 2013," ujarnya.
Menurut Bloomberg dan Reuters, Pertamina akan membayar US$ 725 juta secara tunai. Tapi, seorang sumber KONTAN menyebutkan, nilai akuisisi itu antara US$ 108 juta-US$ 115 juta.
Petrodelta adalah operator dan pemegang hak konsesi sejumlah blok migas dari pemerintah Venezuela hingga tahun 2027. Blok migas itu terdiri dari lapangan Uracoa, Bombal, Tucupita, El Salto, El Inseno dan Temblador. Total wilayahnya mencapai 1.000 km2.
Tak gentar risiko politik
Berdasarkan sertifikasi dari Ryder Scott tahun 2012, lapangan Petrodelta mengandung cadangan terbukti dan mungkin (proven & probable) sekitar 486 juta barel ekuivalen minyak bumi. Kandungan cadangan hidrokarbon itu lebih besar dibandingkan cadangan Blok Cepu, yang merupakan penemuan terbesar di Indonesia selama 10 tahun terakhir. "Produksi Petrodelta 40.000 barel per hari, bisa lebih besar lagi," tandas Harun.
Venezuela di bawah Hugo Chavez terkenal nekad menasionalisasi perusahaan swasta. Gejolak politik juga membayangi negara Amerika Latin ini. Namun Pertamina mengaku tidak khawatir. Menurut Harun, perlakuan dari perusahaan minyak nasional Venezuela selama ini lebih baik dibandingkan dengan sejumlah perusahaan minyak nasional negara lainnya.
Penilaian Komaidi, pengamat energi dari Reforminer Institute, , selain aspek politik, aspek finansial dan keekonomian akuisisi ini perlu diperhatikan. Namun, ia menilai positif langkah Pertamina. "Venezuela adalah salah satu negara dengan cadangan migas terbesar di dunia. Pertamina bisa bekerjasama untuk kelangsungan pasokan minyak mentah," terangnya.
Sekadar gambaran, Pertamina memang hendak menggiatkan investasi hulu migas. Dus, anggaran untuk akuisisi yang akan dilakukan Pertamina tahun ini mencapai Rp 43 triliun.
Tahun ini, Pertamina menargetkan akuisisi minimal lima blok migas di luar negeri. Jika sukses, akuisisi Petrodelta akan menjadi akuisisi blok migas asing pertama Pertamina di tahun ini.

Bersiap, harga CPO diramal akan melompat 24%!


HARGA CPO

Bersiap, harga CPO diramal akan melompat 24%!


Bersiap, harga CPO diramal akan melompat 24%!
KUALA LUMPUR. Harga crude palm oil (CPO) dunia diramal akan melompat setinggi 24% dalam delapan bulan ke depan. Menurut Sime Darby Bhd, salah satu pendongkrak harga CPO adalah kenaikan permintaan global dan penurunan produksi yang mengurangi cadangan rekor CPO.

Franki Anthony Dass, executive vice president Sime Darby Plantations Sdn memprediksi, harga kontrak CPO di Malaysia yang menjadi acuan global, akan berada di kisaran 2.800 ringgit (US$ 916) per metrik ton hingga 3.100 ringgit pada paruh pertama 2013. Dia juga memberikan ramalan, harga komoditas ini akan bergerak antara 2.400 ringgit dan 2.700 ringgit hingga akhir tahun akibat pulihnya tingkat permintaan CPO menjelang musim festival di India.

Sekadar mengingatkan, harga CPO dunia sempat anjlok hingga ke level terendah dalam tiga tahun terakhir akibat perlambatan pertumbuhan ekonomi di China dan Eropa yang memangkas tingkat permintaan. Kondisi itu bahkan mendorong cadangan CPO di Malaysia melonjak ke level tertinggi sepanjang sejarah.

untuk mengatasi hal itu, pemerintah Malaysia pada 12 Oktober lalu sudah mengumumkan tencana pemotongan pajak ekspor CPO dan membebaskan biaya pengiriman untuk mengurangi cadangan CPO.

"Pemotongan pajak akan memberikan kesempatan bagi  perusahaan untuk mengurangi surplus cadangan keluar dari Malaysia. Hal itu tentu akan memangkas jumlah cadangan dan membantu mendorong harga CPO," jelas Dass.

Catatan saja, berdasarkan data Malaysian Palm Oil Board, cadangan CPO Malaysia melonjak ke posisi 2,48 juta ton pada bulan lalu. Sebelumnya, Dorab Mistry, dorector Godrej International Ltd memperkirakan, cadangan CPO Malaysia akan melampaui 3 juta ton pada 1 Januari mendatang.

Kamis, 12 Juli 2012

Negara Pembeli LNG akan Diwajib Investasi di RI

Negara Pembeli LNG akan Diwajib Investasi di RITRIBUNNEWS.COM, BALI - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau BP Migas akan menerapkan persyaratan bagi penjualan Liquefied natural gas (LNG) untuk kebutuhan industri di Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Syarat yang akan diajukan BP Migas itu adalah; pembeli LNG (industri) wajib menanam investasinya di Indonesia. Usulan ini disampaikan oleh, Kepala BP Migas, R. Priyono dalam konferensi pers yang digelar di Bali, Kamis (12/7).
Priyono mengungkapkan, LNG saat ini sudah menjadi komoditas penting bagi ekonomi bangsa. Maka itu, BP Migas merancang strategi baru dalam pemanfaatan LNG, terutama untuk pasar ekspor. ”Kami ingin yang beli LNG berinvestasi di sini (Indonesia),” tegas Priyono.
Usulan Priyono itu, sudah disampaikan dalam Forum LNG 2012 yang dihadiri oleh beberapa pembeli LNG dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, Singapura, juga dari Indonesia (pembeli domestik).
Melalui acara itu, Priyono berharap, pembeli khususnya dari negara tradisional (Jepang, Korea Selatan dan Taiwan) memahami keinginan BP Migas dan Pemerintah Indonesia untukmenaikkan nilai tambah dari penjualan LNG.
Untuk memuluskan rencana ini, pemerintah bersama tim dari BP Migas sedang melakukan negosiasi lanjutan dengan pembeli LNG yang berada di Jepang. Sejauh ini, industri yang membeli LNG dari Indonesia yang ada Jepang, tidak keberatan dengan usulan BP Migas tersebut.
Berbeda dengan industri yang berada di Korea Selatan, yang sejauh ini belum menyatakan kesediaannya untuk berinvestasi di Indonesia. “Biasa kalau dalam jual beli, kalau ada klausul baru mereka menolak, tetapi kami yakin ke depan mereka mau,” kata Prioyono.
Meurut Priyono, persyaratan yang diajukan oleh BP Migas cukup masuk akal bagi Indonesia dan juga bagi industri yang ada di negara pembeli LNG tersebut. Apalagi, pembeli LNG itu sangat bergantung dengan suplai LNG dari Indonesia “Kami jamin pasti bisa,” tegasnya. (*)

BRI kucurkan kredit Rp 324 miliar untuk Petrokimia

JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengucurkan kredit modal kerja (KMK) senilai Rp 324,1 miliar untuk Proyek Perluasan Dermaga dan Komplek Pergudangan PT Petrokimia Gresik.

Dengan perluasan tersebut, Petrokimia bisa meningkatkan kapasitas bongkar muat yang saat ini sebesar 5 juta ton per tahun menjadi 7 juta ton per tahun. Total biaya investasi proyek tersebut Rp 463 miliar, dengan porsi pendanaan BRI 70% dan sisanya sebesar 30% dari ekuitas Petrokimia.

Dengan kredit yang baru diberikan itu, maka total kredit yang disalurkan BRI ke Petrokimia Gresik sebesar Rp 1,5 triliun," ujar Direktur Bisnis dan Kelembagaan BRI Asmawi Syam, Jumat (27/4).

Sampai dengan kuartal pertama 2012, total kredit BRI untuk holding PT Pupuk Indonesia mencapai Rp 5,9 triliun. Di awal 2012, BRI telah memberi pendanaan sebesar Rp 1 triliun untuk PT Pupuk Kujang. Di kuartal kedua 2012, BRI bakal menambah lagi penyaluran kredit untuk mendukung ekspansi bisnis PT Pupuk Indonesia.

Asmawi mengungkapkan, tahun ini kemungkinan paling besar untuk pengembangan pabrik pupuk baru. Antara lain rencana revitalisasi Petrokimia Urea, Pusri 2B, dan Kujang IC.

Tjiwi Kimia akan bangun pembangkit listrik


Tjiwi Kimia akan bangun pembangkit listrik
Berita Terkait


JAKARTA. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) berencana membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 70 megawatt (MW). Pembangunan pembangkit listrik tersebut akan direalisasikan TKIM tahun depan.
Pabrik kertas tersebut akan menggunakan pembangkit listrik itu untuk memasok energi ke pabriknya yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur. "Pembangunan pembangkit listrik akan mengurangi biaya energi," kata Suhendra Wiriadinata, Direktur TKIM, pekan lalu.
Suhendra belum bisa memperkirakan seberapa besar penghematan yang bisa direalisasikan oleh TKIM, jika pembangkit tersebut sudah beroperasi.
Sejauh ini, manajemen TKIM baru sebatas memproyeksikan kebutuhan dana investasi untuk membangun pembangkit listrik tersebut. Dalam hitungan perusahaan yang dikendalikan Sinar Mas itu, nilai investasi berkisar US$ 1 juta per MW, atau total US$ 70 juta.
Rencananya, TKIM akan memakai dana kas internal dan pinjaman perbankan untuk menggarap proyek tersebut.

Dow Indonesia incar pasar tambang dan oleokimia

JAKARTA. Produsen bahan kimia, PT Dow Indonesia berencana menambah portofolio penjualan produk mereka ke sektor industri. Manajemen Dow Indonesia mengatakan mereka mengincar wilayah pasar baru di industri pertambangan dan oleokimia.
Fleming Lee, Business Development Manager Dow Indonesia mengatakan perkembangan industri pertambangan dan oleokimia di Indonesia sangat prospektif. Misalnya program hilirisasi tambang yang membutuhkan bantuan produk kimia. "Contohnya pengolahan nikel yang membutuhkan permurnian yang menggunakan bahan kimia. Itu peluang buat kami untuk masuk," katanya, Kamis (12/7).
Begitu pula dengan industri oleokimia dimana Indonesia merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Sayang, ia tidak mau mengatakan secara detil soal rencana Dow Indonesia merambah ke target pasar anyar tersebut. "Hingga kini masih dalam pembahasan internal kami," elaknya.
PT Dow Indonesia merupakan bagian dari Dow Chemical Company asal Amerika Serikat. Mereka mulai masuk ke Indonesia tahun 1973. Dow punya tiga lini bisnis yaitu bahan kimia untuk agrosciences (bahan kimia untuk agribisnis) dan coating materials, pengolahan air (water process solutions) serta pengolahan plastik.
Saat ini mereka memiliki dua buah pabrik di Indonesia. Pertama adalah pabrik di Medan di bawah bendera PT Dow AgroSciences yang memproduksi bahan kimia untuk tanaman dan pengendalian hama. Serta satu pabrik di Cilegon yang memproduksi coating materials. Salah satunya untuk bahan baku cat.

Kamis, 14 Juni 2012

Petrochemical Energy targetkan penjualan naik 34%

Petrochemical Energy targetkan penjualan naik 34%


Petrochemical Energy targetkan penjualan naik 34%
JAKARTA. PT Petrochemical Energy Trading menargetkan volume penjualan petrokimia tahun ini naik 33,85% menjadi 1,7 juta metrik ton. Tahun lalu, target volume penjualan Petrochemical mencapai 1,4 juta metrik ton.

Denni Kusumawardhani, Vice President Petrochemical Trading bilang, kenaikan itu terutama ditopang penjualan petrokimia jenis benzene, paraxylene, propylene dan green coke. "Dengan kenaikan penjualan dan harga diharapkan margin usaha tahun ini lebih besar dari tahun lalu," ujar Denni, Minggu (11/3).

Dengan estimasi penjualan volume tersebut, anak usaha Pertamina itu mengharapkan meraih laba Rp 650 miliar. Menurut Denni, dibandingkan dengan target laba tahun lalu, target laba tahun ini naik hampir 50%. Tahun lalu, target laba usaha sebesar Rp 317,4 miliar, "Walaupun realisasinya mencapai Rp 659 miliar karena adanya harga yang baik," cetusnya.

Dia mengungkapkan, di 2011, unit bisnis Petrochemical Trading menargetkan volume penjualan 1,44 juta metrik ton petrokimia, namun realisasinya hanya sebesar 1,27 juta metrik ton. "Hal itu karena produksi sempat mengalami penurunan dari tahun sebelumnya," paparnya.

Pada tahun ini Pertamina mengharapkan perbaikan penjualan untuk produk aspal. Menurutnya, kenaikan akan didorong rencana pembangunan Sumatera Highway dan Jawa Highway. “Pertamina dan Kementerian Pekerjaan Umum telah menandatangani nota kesepahaman penyediaan aspal,” ujarnya.

Dia mengharapkan permintaan pasokan aspal mulai datang Mei nanti. Kebutuhan aspal di Indonesia diperkirakan mencapai 1,2 juta metrik ton per tahun. Pertamina akan memasok sebesar 400.000 metrik ton.

Sayangnya, kapasitas produksi aspal yang berasal dari Kilang Cilacap masih di bawah kapasitas optimal karena pertimbangan keekonomian kilang. Biaya produksi aspal juga masih tinggi sehingga penjualan produk ini masih merugi. “Kami melihat aspal sebagai produk strategis, yaitu untuk memenuhi kebutuhan nasional. Jadi kami tidak bisa ambil margin besar,” jelasnya.

Duta Firza dan LG garap Petrokimia

Duta Firza dan LG garap Petrokimia

JAKARTA. PT Duta Firza menggandeng LG International untuk membangun pabrik petrokimia di wilayah Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat. Nilai investasi pabrik petrokimia tersebut sebesar Rp 27 triliun. Baik Duta maupun LG berharap, pabrik petrokimia ini beroperasi mulai pada 2018.
Chief Executive Officer (CEO) Duta Firza, Firlie Ganinduto, mengatakan, pihaknya dengan LG telah menandatangani perjanjian kerja sama atau head of agreement (HoA), Rabu (28/3). Perjanjian itu diteken Firlie selaku CEO Duta Firza dan Presiden LG, Young Bong Ha, disaksikan Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Perdagangan Gita Wiryawan.
Duta Firza maupun LG sama-sama memastikan pasokan gas untuk pabrik petrokimia tersebut dari gas Lapangan Tangguh. "Kerja sama tersebut meliputi kegiatan pra perencanaan, pra studi kelayakan, hingga tahap pembangunan pabrik petrokimia," jelas Firza, kemarin.
Berdasarkan perjanjian ini, Duta Firza dan LG akan membentuk perusahaan patungan alias joint venture company untuk merealisasikan proyek. Perusahaan patungan tersebut, selain menanamkan investasi, juga akan melakukan pembangunan hingga menjadi operator pabrik petrokimia. Instalasi dan persiapan pelaksanaan proyek (comissioning) pabrik juga akan dilakukan perusahaan tersebut.
Tahap pra perencanaan dan pra studi kelayakan akan dilakukan oleh pihak ketiga dan ditargetkan selesai pada kuartal ketiga tahun ini. Kemudian, pengemdangan dari tahap pertama tersebut akan dijalankan pada kuartal pertama 2013. Target perusahaan tersebut, peletakan batu pertama pembangunan pabrik petrokimia akan mulai dilakukan pertengahan 2014.
"Tes produksi pertama ditargetkan bisa dilakukan pada kuartal keempat 2017 atau awal 2018," ujar Firlie. Tepatnya, setelah Kilang Tangguh Train 3 dan 4 selesai dibangun pada pertengahan 2017.
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Gde Pradnyana menuturkan, produksi gas dari Train 3 Kilang Tangguh sebagian memang akan dialokasikan untuk pabrik petrokimia. "Namun saya belum tahu apakah itu untuk Duta Firza dan LG atau bukan," kata dia.
BP Migas saat ini masih membahas rencana pengembangan atau plan of development (POD) untuk Train 3. "Sementara Train 4 masih belum ada cadangan gasnya, harus dieksplorasi dulu," jelas Firlie.
Kapasitas produksi Train 3 Kilang Tangguh rencananya bisa mencapai 3,8 juta ton per tahun dengan nilai investasi US$ 3,8 miliar. Besaran investasi tersebut lebih besar dari dua train sebelumnya. Untuk Train 2, untuk memproduksikan 1 ton dibutuhkan investasi US$ 250.000. Sementara Train 3, untuk memproeduksi 1 ton gas membutuhkan US$ 1 juta. POD Train 3 diharapkan bisa rampung tahun ini dan akan berproduksi secara komersial pada akhir 2016 atau awal 2017.
Saat ini, proyek Tangguh terdiri atas dua train yang masing-masing berkapasitas produksi 3,8 juta ton per tahun atau total 7,6 juta ton per tahun. Gas itu berasal dari tiga blok, yakni Berau, Wiriagar, dan Muturi dengan cadangan terbukti 14,4 triliun kaki kubik (tcf). Produksi Kilang Tangguh tersebut seluruhnya dialokasikan untuk ekspor dengan rincian Sempra (AS) 3,6 juta ton per tahun, Fujian (Tiongkok) 2,6 juta ton per tahun, dan Korea Selatan sekitar 1 juta ton per tahun.

Bangun Kilang Balongan, Pertamina dan Kuwait Petroleum Tunggu Insentif Pemerintah

Bangun Kilang Balongan, Pertamina dan Kuwait Petroleum Tunggu Insentif Pemerintah


JAKARTA (IFT)– PT Pertamina (Persero) dan Kuwait Petroleum Corporation (Kepco)  masih menunggu kebijakan insentif yang diberikan pemerintah sebelum mengembangkan kilang pengolahan minyak di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, karena akan menentukan kapasitas kilang yang akan dibangun dan nilai investasinya.
M Harun, Vice President Communication Pertamina, mengatakan hingga kini pemerintah belum memberi respons soal bentuk insentif yang akan diberikan kepada pembangun kilang. Kebijakan insentif akan dibahas bersama antardepartemen yang melibatkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal.

Sabtu, 21 Januari 2012

Bea Keluar CPO di Februari 2012 Naik Jadi 16,5%

Sabtu, 21/01/2012 12:20 WIB


Foto: dok.detikFinance
Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) menetapkan Bea Keluar (BK) atau pajak ekspor produk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) untuk Februari 2012 sebesar 16,5%. Bea keluar ini naik dari Januari 2012 yang sebesar 15%.

"Harga referensi CPO untuk bulan Februari 2012 adalah US$ 1.073 (metrik ton) dengan demikian tarif Bea Keluar (BK) untuk bulan Februari 2012 adalah tetap sebesar 16,5%," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag Deddy Saleh, Sabtu (21/1/2012).

Berikut ini harga patokan ekspor (HPE) untuk kelapa sawit dan turunannya (US$/MT) antara lain:

  • Buah dan Kernel US$ 412
  • Bungkil Kelapa Sawit US$ 99
  • CPO US$ 1.001
  • Crude Palm Kernel Oil US$ 1.309
  • Crude Palm olein US$ 1.041
  • Crude Palm Stearin US$ 928
  • CPK Olein US$ 1.309
  • CPK Stearin US$ 1.309
  • PFAD US$ 795
  • Hydrogenated Palm Oil (bulk) >20Kg US$ 994
  • Hydrogenated PK Oil (Bulk) >20 Kg US$ 1.341
  • Hydrogenated Palm Olein (bulk) >20Kg US$ 1.074
  • Hydrogenated PK Olein (bulk) >20 Kg US$ 1.326
  • Hydrogated PK Stearin (bulk) >20 Kg US$ 1.326
  • Hydrogenated Palm Stearin (Bulk)>20 Kg US$ 971
  • RBD Palm Olein (bulk) >20Kg US$ 1.062
  • RBD Palm Oil US$ 1.036
  • RBD PK Oil US$ 1.388
  • RBD PK Olein US$ 1.317
  • RBD PK Stearin US$ 1.786
  • RBD Palm Stearin US$ 938
  • Hydrogenated RBD Palm Olein US$ 1.083
  • Hydrogenated RBD Palm Oil US$ 1.069
  • Hydrogenated RBD Palm Kernel Oil US$ 1.418
  • Hydrogenated RBD Palm Kernel Olein US$ 1.344
  • Hydrogenated RBD Palm Kernel Stearin US$ 1.687
  • Hydrogenated RBD Palm Stearin US$ 972
  • RBD Palm Olein dlm Kemasan bermerek US$ 1.052
  • Biodisel dan Minyak Sawit (FAME) US$ 1.119
Selain itu, Deddy mengatakan untuk harga refrensi biji kakao untuk Februari 2012 sebesar US$ 2.197,77 per ton. Dengan demikian tarif BK Biji Kakao untuk Februari 2012 masih tetap 5% dengan HPE US$ 1.918 per ton.

"Sementara, HPE Kayu dan Kulit untuk bulan Februari 2012 tidak ada perubahan," katanya.

(dnl/dnl)

Kamis, 19 Januari 2012

Investasi 2011 Lebihi Target

JAKARTA--MICOM: Realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) pada 2011 mencapai Rp251,3 triliun atau melebihi target yang sebesar Rp240 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan 20,5% dibandingkan capaian pada tahun 2010 yang sebesar Rp208, 5 triliun.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM) Gita Wirjawan dalam realisasi Penanaman Modal PMDN-PMA Triwulan IV dan Tahun 2011 di Kemayoran, Jakarta, Kamis (21/1).

Gita menuturkan realisasi investasi proyek penanaman modal pada kuartal IV adalah sebesar Rp70,2 triliun, atau meningkat 19,2% dibanding dengan capaian periode yang sama pada 2010. "Untuk tahun 2011 secara keseluruhan cukup menggembirakan, realisasi kuartal IV diatas Rp70 triliun untuk PMA dan PMDN, secara total melampaui lebih dari Rp250 triliun," ujar Gita.

Ia menambahkan terjadi peningkatan realisasi investasi PMDN sebanyak 9,1% pada kuartal IV 2011 dibanding periode sebelumnya, dari nilai investasi Rp 22 triliun menjadi Rp24 triliun. Sementara itu, realisasi PMA triwulan IV mengalami peningkatan signifikan sebanyak 25,2% dari nila realais investasi Rp 36,9 triliun menjadi Rp 46,2 triliun. (AI/OL-04)

Chandra Asri Bangun Pabrik Butadiene Pertama

Chandra Asri Bangun Pabrik Butadiene Pertama

 
BANTEN, KOMPAS.com- Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat bersama Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, disaksikan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Rabu (18/1/2012), meresmikan dimulainya pembangunan pabrik butadiene pertama di Indonesia. Pabrik berkapasitas 100.000 ton per tahun itu adalah milik PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP).
Pabrik butadiene yang pembangunannya diperkirakan menelan dana US$ 145 juta itu akan mulai beroperasi tahun 2013, dan akan dikelola oleh anak perusahaan CAP, yaitu PT Petrokimia Butadiene Indonesia.
Selain meresmikan pabrik butadiene, Menperin Mohamad S Hidayat bersama Mendag Gita Wirjawan juga meresmikan peningkatan kapasitas pabrik Polypropylene milik CAP dari 360.000 ton per tahun menjadi 480.000 ton per tahun yang menelan investasi Rp 300 miliar.
Sebelumnya, Menperin juga meresmikan rencana pembangunan Center of Excellence Industri Petrokimia yang berlokasi di Serang, Banten.

Kamis, 05 Januari 2012

Sulfindo bantah adanya rencana akuisisi oleh SCG

Sulfindo bantah adanya rencana akuisisi oleh SCG
JAKARTA. PT Sulfindo Adiusaha membantah keras kabar akuisisi perusahaan oleh Siam Cement Group(SCG). "Tidak benar beritanya, sudah sering beredar kabar seperti itu. Yang jelas kami inginnya IPO, kalau yang berminat akuisisi memang banyak," ujar Robinson Huang, Manajer Divisi Pemasaran dan Penjualan PT Sulfindo Adiusaha kepada KONTAN, Kamis (5/1).

Robinson menegaskan, sampai saat ini tidak ada proses akuisisi dengan siapa pun. Menurutnya, investor asing memang banyak yang ingin mendekati Sulfindo untuk melakukan akuisisi. Namun, keinginan Sulfindo tetap berupa pelepasan saham umum perdana atau Initial Public Offering (IPO).
Seperti yang sudah diberitakan KONTAN sebelumnya, Presiden Direktur PT Sulfindo Adiusaha, Diana Lumakso mengatakan, proses IPO Sulfindo hanya menunggu waktu yang tepat. Namun, saat dikonfirmasi mengenai isu hampir terjadinya kesepakatan antara Siam Cement dengan Sulfindo, Diana enggan berkomentar dengan alasan masih di luar negeri.
Bantahan pihak Sulfindo itu bertentangan dengan kabar yang sebelumnya diberitakan KONTAN. SCG, konglomerasi bisnis bahan bangunan dan chemical asal Thailand itu menyatakan telah memasuki tahap akhir untuk mengakuisisi 100% saham Sulfindo.
Dalam pembelian tersebut, SCG bermaksud menguasai keseluruhan saham milik Sulfindo. "Kami ingin 100% saham Sulfindo," kata Padungdej Indralak, Direktor Eksekutif SCG untuk Indonesia di Bangkok, (4/1).

Walaupun enggan merinci rencana bisnisnya lebih detail lagi, tapi Padungdej mengungkapkan, rencana itu sudah mendekati akhir. "Pilihan sekarang "ya" atau "tidak, karena sekarang masih bicara harga," kata Padungdej. Bagi SCG, sektor industri petrokimia di Indonesia memiliki potensi besar. Sebab, kebutuhan untuk petrokimia masih banyak diimpor dari berbagai negara.

SCG targetkan penjualan semen tahun ini naik 12%

PENJUALAN SEMEN
SCG targetkan penjualan semen tahun ini naik 12%
BANGKOK. Siam Cement Group (SCG), konglomerasi bisnis bahan bangunan dan chemical asal Thailand mematok target pendapatan 400 miliar bath atau naik 12% tahun ini ketimbang tahun 2011 lalu yaitu 360 miliar bath. Guna mencapai target itu, SCG akan menggenjot kinerja ekspornya ke beberapa negara.
Chief Executive Officer (CEO) dan Presiden Direktur SCG, Kan Trakulhoon bilang, mereka akan meningkatkan ekspor ke beberapa negara, terutama China dan India. "Pasar kami yang terbesar akan ada di China dan India," ujar Kan Trakulhoon di pameran BOI Fair 2012 di Bangkok, Jumat (5/1).
Saat ini, sekitar 40% pendapatan SCG berasal dari ekspor dengan produk unggulan berupa bahan bangunan, keramik, chemical serta kemasan kertas.
Selain melirik potensi ekspor ke India dan China, SCG juga melihat peluang pertumbuhan pasar di wilayah Asean termasuk Indonesia. "Sementara untuk Eropa sekarang masih sulit," katanya.
Sementara untuk pasar Amerika Serikat (AS), SCG melihat ada peluang ekspornya akan membaik. Jika dulu CSG hanya mengekspor bahan bangunan ke AS, kini CSG berencana menambahnya dengan keramik serta chemical. "Sekarang kami memperoleh sinyal positif," jelas Kan.
Kan menambahkan, tahun 2006 ekspor bahan bangunan milik SCG sempat memasuki masa kejayaan di AS, namun sejak krisis perumahan melanda AS tahun 2008, ekspor bahan bangunan SCG ke AS ikut terseret turun.
Untuk target pendapatan di 2013, SCG mematok kenaikan sebesar 20% atau lebih tinggi dari target tahun ini. Kan bilang, target tahun ini lebih rendah karena beberapa pabrik SCG di Thailand terkena dampak banjir. Namun begitu, Kan mengklaim produksi SCG dalam kondisi aman karena ada pabrik yang beroperasi di Indonesia, Vietnam dan Filipina.
Di Indonesia, SCG memiliki jaringan produksi chemical lewat PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) dan sudah memiliki jaringan produksi keramik lewat PT Keramik Indonesia Asosiasi Tbk (KIAS). Untuk distribusi dan pengangkutan, CSG sudah memiliki PT Kokoh Inti Arebama Tbk (KOIN), perusahaan distributor bahan bangunan.
Selain itu, SCG juga sudah menanam investasi lewat PT CPAC Surabaya, PT TPC Indo Plastic Ceramics, PT Siam Indo Concrete Product, PT Surya Siam Keramik, PT Siam Indo Gypsum Industri, dan PT Cementhai SCT Indonesia.
Produk konstruksi keselamatan
Meningkatnya bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia membuat SCG kreatif menciptakan peluang bisnis baru. Kali ini mereka membuat beberapa produk bangunan yang bisa digunakan sebagai alat keselamatan manusia dari bencana, terutama dari gempa bumi.
Dalam pameran Board of Investment (BOI) Fair 2012 di Bangkok, SCG memamerkan beberapa produk untuk keselamatan jiwa tersebut. Di antaranya adalah bunker yang bisa menjadi tempat evakuasi saat terjadi gempa. Selain itu ada juga bangunan berupa shelter yang bisa digunakan saat gempa terjadi. “Bunker dari semen tersebut sangat kuat menahan gempa bumi, badai maupun ledakan,” jelas Kan.
Selain itu, SCG juga mendemonstrasikan konsep rumah mereka yang tahan terhadap goncangan gempa. Rumah yang terbuat dari kerangka baja tersebut sempat diuji dengan alat yang bisa menghasilkan goyangan setara dengan 7 skala richer (SR). “Inovasi dan riset menjadi salah satu cara kami untuk meningkatkan penjualan,” ungkap Kan.

Rabu, 04 Januari 2012

Kuwait Petroleum Tunggu Insentif Pemerintah untuk Kilang Balongan

Kuwait Petroleum Tunggu Insentif Pemerintah untuk Kilang Balongan

Kuwait Petroleum meminta adanya perlindungan terhadap produksi kilang serta tanah gratis untuk membangun kilang BBM. (IST) JAKARTA (IFT) - Kuwait Petroleum International, perusahaan minyak dan gas bumi asal Kuwait, yang berencana bekerja sama dengan PT Pertamina (Persero) untuk pembangunan kilang Balongan II, Indramayu, Jawa Barat, masih menunggu pemberian sejumlah insentif dari pemerintah untuk kerja sama pembangunan kilang tersebut. Edi Setianto, Direktur Pengolahan Pertamina, mengatakan sejumlah insentif yang diminta Kuwait antara lain adanya perlindungan terhadap produksi kilang (import duty).

Menurut Edi, perusahaan lain yang tidak memiliki kilang di Indonesia, tapi mengimpor produk kilang itu harus dikenakan formula Mean Oil Platts Singapore (MOPS) yang tinggi sekitar 15%. Dengan demikian, mereka tidak bisa sembarang mengimpor produk kilang dan investor kilang di Indonesia pun tidak dirugikan mengingat besarnya investasi yang harus dikeluarkan.

“Kebijakan seperti ini telah diterapkan di Malaysia dan Vietnam. Perusahaan yang tidak memiliki kilang di negara tersebut dilarang melakukan bisnis penjualan bahan bakar minyak (BBM), sehingga investasi dari para investor tetap terjaga. Bagaimana pun, ini kan menyangkut investasi yang tinggi, masak orang yang tidak punya kilang bisa main masuk saja?" katanya, Rabu.

Kuwait Petroleum menurut Edi juga meminta infrastruktur gratis, salah satunya tanah gratis untuk pembangunan kilang tersebut. Permintaan ini merujuk pada kebijakan di Vietnam yang juga memberikan tanah gratis bagi para investor yang ingin membangun kilang di sana. “Mereka juga meminta pemerintah mengkaji ulang pajak penghasilan perusahaan,” ujarnya.

Meskipun permintaan investor asing tersebut agak banyak, menurut Edi, pemerintah dan Pertamina harus bersabar dan serius mempertimbangkannya. Itu karena Kuwait Petroleum bisa saja tidak jadi investasi karena masih ada beberapa negara lain, seperti China dan Vietnam yang insentifnya lebih jelas.

"Kalau Indonesia tidak serius, dia mempunyai opsi untuk berinvestasi ke China atau Vietnam. Kami harus lihat lagi nota kesepahamannya lagi. Kalau benar-benar lanjut itu paling tidak butuh waktu satu tahun, lalu baru kami engineering lagi," tuturnya.

Dari sisi pasokan, Kuwait Petroleum berkomitmen untuk memasok minyak mentah sebanyak 250 ribu barel per hari. Sebanyak 50 ribu barel di antaranya akan ditukar dengan sejumlah produk lainnya.

Evita Herawati Legowo, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, saat dikonfirmasi mengaku masih membahas permintaan insentif tersebut dengan Kementerian Keuangan, terutama terkait penyediaan lahan gratis.
"Masalah insentif Kuwait ini kami belum tuntas mengenai penyediaan lahan, siapa yang harus menyediakannya karena Kuwait minta pemerintah yang menyediakan lahannya. Ini yang belum tuntas kami bicarakan. Banyak yang diminta Kuwait," ujar dia.

Pertamina menurut Evita berusaha merenegosiasi nota kesepahaman dengan Kuwait terkait permintaan insentif tersebut.  Kementerian Energi juga berupaya untuk mendorong tambahan kilang BBM baru di Indonesia. Menurut dia, dengan asumsi pertumbuhan permintaan BBM sebesar 4% per tahun dengan produksi BBM sebesar 677 ribu barel per hari, kebutuhan BBM tahun 2015 diperkirakan mencapai 1.294 ribu barel per hari. Untuk mengatasi defisit BBM, Indonesia setidaknya membutuhkan tiga kilang baru pada 2015.

Pri Agung Rakhmanto, Direktur Eksekutif Refor-Miner Institute, mengatakan banyaknya permintaan yang diajukan Kuwait disebabkan lemahnya posisi tawar pemerintah Indonesia. "Mereka berani bersikap seperti itu karena pemerintah tergantung kepada mereka, jadi mintanya macam-maca," jelas dia.

Menurut dia, pemerintah sebaiknya menolak permintaan yang diusulkan Kuwait karena insentif berupa tax holiday yang diberikan pemerintah dinilai cukup menguntungkan investor. "Tidak harus semua yang diminta Kuwait dipenuhi, karena saya khawatir jika itu dipenuhi nanti investor lain juga akan meminta hal yang sama," katanya.

Tanpa bekerja sama dengan Kuwait, menurut Pri, pemerintah bisa membangun kilang tersebut dengan menggunakan dana subsidi BBM yang dialokasikan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara. " Masalahnya ada pada keberanian pemerintah untuk menghapus atau mengurangi besaran subsidi tersebut," tambahnya.

Nota kesepahaman (MoU) Pertamina dengan Kuwait untuk pembangunan kilang Balongan ditandatangani Agustus 2010. Kapasitas kilang Balongan itu pun ditargetkan 300 ribu barel per hari dan direncanakan mulai beroperasi pada 2017. Investasi yang diperlukan sekitar US$ 9 miliar-US$ 11 miliar untuk pembangunan kilang dan komplek petrokimia. (*)

Perusahaan Gas Dinilai Sumber Masalah Distribusi Gas Domestik

Perusahaan Gas Dinilai Sumber Masalah Distribusi Gas Domestik

Konsumen gas domestik bersedia membeli gas dengan harga keekonomian mendekati US$ 10 per mmbtu. 

JAKARTA (IFT) - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan sumber permasalahan pasokan gas untuk konsumen domestik berada di PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) karena masih terbatasnya kapasitas pipa transmisi dan distribusi serta bermasalahnya harga gas perusahaan ke pemasok hulu gas. Rudi Rubiandini, Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, mengatakan dari sisi pasokan gas dari hulu tidak bermasalah karena produksi dari kontraktor saat ini tinggi, terlebih tiap tahun  alokasi gas domestik makin  meningkat.

Tahun lalu alokasi domestik sebesar 56,7% dari produksi sebesar 7.768 juta kaki kubik per hari (mmscfd), sementara kewajiban penjualan domestik hanya sebesar 25%. Dari sisi konsumen juga terjadi peningkatan permintaan yang lebih besar lagi karena adanya pengalihan penggunaan bahan bakar minyak menjadi gas.

"Kami menyarankan agar konsumen domestik membeli dengan harga keekonomian dan mereka mengatakan berani untuk membeli US$ 9 per juta british thermal unit (mmbtu). Masalahnya, Perusahaan Gas masih membeli gas dari hulu (kontraktor) sebesar US$ 3-US$ 4 per mmbtu,”  ujarnya, Rabu.

Berdasarkan data BP Migas, saat ini ada beberapa kontrak perjanjian jual beli gas (PJBG) antara kontraktor dan Perusahaan Gas yang tengah dikaji. Beberapa kontrak tersebut antara lain gas dari lapangan Grissik, blok Koridor yang dikelola ConocoPhillips Indonesia ke Perusahaan Gas untuk pipa Sumatera Selatan-Jawa Barat dan pipa ke Batam 1 dan 2. Untuk kontrak gas , harga jual gas ke Perusahaan Gas saat ini sebesar US$ 1,85 per mmbtu untuk masa kontrak 2008-2023 dengan kuota sebesar 373,5 mmscfd. Harga gas tersebut diusulkan naik menjadi US$ 5,61 per mmbtu untuk menaikkan penerimaan negara menjadi sesuai rencana pengembangan semula pada tingkat 57,1%.

Untuk kontrak Batam 1 dan 2, harga gas terkontrak sebesar US$ 2,6 per mmbtu untuk masa kontrak 2008-2023 dengan kuota 68,2 mmscfd. Harga ini diusulkan naik menjadi US$ 5,5 per mmbtu untuk menaikkan penerimaan negara menjadi US$ 558 juta dari US$ 255 juta.

Revisi kontrak juga dilakukan Perusahaan Gas dan PT Pertamina EP Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan), anak usaha PT Pertamina (Persero). Harga saat ini sebesar US$ 2 per mmbtu dengan eskalasi per tahun sebesar 2,2%. Adapun masa kontrak berlaku sejak Juni 2003-Desember 2025. Harga jual gas diusulkan naik menjadi US$ 5 per mmbtu.

Heri Yusup, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan peresroan tidak bisa begitu saja menaikkan harga beli dari kontraktor gas karena harus mempertimbangkan kestabilan pasokan. Kalaupun harga belinya naik, menurut Heri, itu harus diimbangi dengan tambahan volume gas.

"Pertemuan informal dengan BP Migas sudah ada, usulan-usulan dari BP Migas sudah ada, tapi sampai hari ini belum ada kesepakatan, pembahasannya belum selesai. Pokoknya artinya ada take and give lah. Kami masih pertimbangkan," tuturnya.

Perusahaan Gas telah mendistribusikan gas lebih dari 800 mmscfd dan kapasitas transmisi gas mencapai 840 mmscfd melalui pipa distribusi dan transmisi sepanjang 5.900 kilometer. Sementara harga jual gas ke konsumen berada pada kisaran US$ 6-US$ 6,5 per mmbtu.
Untuk jaringan pipa distribusi  mencapai 3.750 kilometer ke pembangkit listrik, industri, dan bisnis komersial lainnya seperti restoran, hotel, rumah sakit, dan rumah tangga. Sementara pipa transmisi memiliki panjang 2.160 kilometer.

Komaidi, Deputi Direktur ReforMiner Institute, menilai, dominasi Perusahaan Gas dan Pertamina dalam infrastruktur gas yang mencapai 75%-85% mengakibatkan sumber permasalahan pendistribusian gas harus diurai dari kedua badan usaha milik negara tersebut. Dia meminta pemerintah  bersikap tegas terkait permasalahan pendistribusian gas tersebut

Forum Industri Pengguna Gas sebelumnya meminta pemerintah merealisasikan komitmennya untuk memenuhi kebutuhan gas industri setelah industri bersedia membeli gas dengan harga keekonomian. Achmad Widjaya, Sekretaris Jenderal Forum Pengguna Gas, mengatakan pasokan gas tahun ini seharusnya meningkat dibanding realisasi pasokan pada 2011 sebesar 567 mmscfd.

Industri menurut Achmad juga siap membeli gas dengan harga keekonomian mendekati US$ 10 per mmbtu. Dia memperkirakan kebutuhan industri pada 2012 sama dengan kebutuhan 2011 yakni sebesar 876 mmscfd. (*)

Empat bank kongsi biayai Pupuk Kujang


 

PUPUK KUJANG

Empat bank kongsi biayai Pupuk Kujang

Empat bank kongsi biayai Pupuk Kujang JAKARTA. Empat bank besar berkongsi untuk menyalurkan kredit senilai Rp 1,9 triliun ke PT Pupuk Kujang. Bank Rakyat Indonesia (BRI) bertindak sebagai pemimpin club deal dengan menyetor pinjaman sebesar Rp 1 triliun. Sisanya, masing-masing Rp 300 miliar, berasal dari Bank Central Asia (BCA), Bank Mandiri dan Bank Negara Indonesia (BNI). Kredit berjangka waktu tujuh tahun ini berbunga 8,25%.
Pupuk Kujang menggunakan pinjaman tersebut untuk membayar utang (refinancing) ke Japan Bank for International Cooperation (JBIC). BUMN pupuk ini mendapatkan kredit senilai ¥ 27 miliar pada tahun 2003 untuk membangun pabrik 1 B.
Sisa pinjaman yang harus dilunasi senilai ¥ 16,23 miliar atau setara Rp 1,94 triliun. "Peran JBIC nantinya akan diambil alih Mandiri, BRI, BNI dan BCA. Kami tidak lagi membayar dalam bentuk yen," kata Achmad Tossin, Direktur Utama PT Pupuk Kujang, seusai penandatanganan kredit, kemarin (4/1).
Perusahaan pelat merah ini menempuh opsi konversi utang ke rupiah untuk menghindari risiko kurs. Pinjaman dalam mata uang yen mempengaruhi neraca perusahaan. "Ketidakpastian kurs khususnya yen dapat merugikan perusahaan," kata Tossin.
Pabrik Kujang 1B telah beroperasi sejak tahun 2005 silam. Kapasitas produksinya mencapai 570.000 ton urea per tahun dan 330.000 ton amonia per tahun.
Tossin menambahkan, pihaknya berencana membangun pabrik baru senilai Rp 3 triliun. Sebanyak 70% dari pinjaman bank, sisanya menggunakan dana internal. Besar kemungkinan Pupuk Kujang akan mengajukan pinjaman ke empat bank itu lagi.
Asmawi Syam, Direktur Bisnis dan Kelembagaan BRI, menilai, konversi utang langkah yang tepat. Langkah ini dapat menghindarkan debitur dari risiko pasar.
Maklum, krisis global belum jelas jalan keluarnya, sehingga kurs valas bakal fluktuatif. "Ekonomi global cukup mengkhawatirkan. Selisih kurs dari bulan ke bulan bisa berpengaruh signifikan ke neraca debitur," kata Asmawi.
Fransisca Nelwan Mok, Direktur Corporate Banking Bank Mandiri mengatakan, pemberian pinjaman ini adalah bentuk partisipasi Bank Mandiri dalam mendukung program pemerintah.
Bank Mandiri tercatat sebagai kreditur terbesar industri pupuk. Nilai kredit yang sudah tersalurkan (outstanding) ke sektor ini mencapai Rp 9,2 triliun per November 2011. "Tumbuh sekitar 82% dibandingkan tahun sebelumnya," kata Fransisca.
BNI dan BRI masing-masing menyalurkan kredit Rp 5 triliun dan Rp 5,7 triliun. Sebelum membiayai Pupuk Kujang, BNI mengucurkan kredit ke Petrokimia Gresik senilai Rp 2,48 triliun, dan PT Pupuk Iskandar Muda senilai Rp 665 miliar. "Pupuk termasuk industri unggulan yang kami biayai," kata Krisna Suparto, Direktur Bisnis Banking BNI.
Sedangkan BRI menyalurkan kredit Rp 600 miliar ke PT Pupuk Kaltim dan Rp 1,4 triliun ke PT Petrokimia Gresik. Bank spesialis pembiayaan mikro ini juga telah membiayai Pupuk Kujang sebesar Rp 150 miliar, serta fasilitas Standby Letter of Credit senilai US$ 12,17 juta.

Pabrik pupuk Kujang dapat tambahan pasokan gas 54 TBTU

Pabrik pupuk Kujang dapat tambahan pasokan gas 54 TBTU
JAKARTA. Pabrik Pupuk Kujang mendapat tambahan pasokan gas dari Pertamina Hulu Energi (PHE) ONWJ sebesar 54 TBTU (Trillion British Thermal Unit) mulai 1 Januari 2012.

Communication Coordinator PHE ONWJ, Novitri Lilaksari KD, bilang, penambahan pasokan gas ke Pupuk Kujang ini tertuang dalam dokumen amendemen No 2 tentang Perjanjian Jual Beli Gas antara PHE ONWJ dengan Pupuk Kujang yang diteken, Kamis (17/11).

Amendemen no.2 ini mengatur penjualan gas tambahan yang berasal dari pengembangan lapangan gas baru yaitu APNE/F di blok ONWJ," ujar Novitri. Pengalokasian gas dari lapangan tersebut sudah disetujui BP Migas.

Perjanjian Jual Beli Gas PHE ONWJ dengan PT Pupuk Kujang pertama kali ditandatangani pada tanggal 24 Juli 2006 dan gas mulai dialirkan pada tanggal 12 Februari 2008.

Dengan adanya amendemen ini maka total keseluruhan gas yang dipasok oleh PHE ONWJ dapat dijaga sekitar 57 BBTUD, sehingga pabrik Kujang 1A dapat tetap terus beroperasi. "Ini untuk mendukung program pemerintah dalam memenuhi produksi beras di daerah Jawa Barat," ujar Novitri dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Kamis (17/11).

PHE ONWJ adalah salah satu anak perusahaan di bawah Pertamina Hulu Energi, dan merupakan operator dari Kontraktor Kerjasama ONWJ di bawah BPMIGAS yang dimiliki oleh Pertamina sejak bulan Juli 2009.

Fasilitas produksi terdiri dari 670 sumur, 170 anjungan di perairan dangkal, 40 pemroses dan fasilitas disertai 1.600 kilometer pipa bawah laut.

Pada saat ini, PHE ONWJ memasok gas ke Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui Pembangkit Tenaga Listrik Muara Karang dan Tanjung Priok dan Pupuk Kujang di Cikampek, Jawa Barat.

Senin, 02 Januari 2012

Polychem Estimasikan Laba Kotor 2012 Rp 350 Miliar

Polychem Estimasikan Laba Kotor 2012 Rp 350 Miliar

BY SAFREZI FITRA JAKARTA (IFT) - PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG), emiten produsen poliester, ethylene glycol dan petrokimia, serta benang nilon, mengestimasikan laba kotor 2012 sebesar Rp 350 miliar, turun 35% dibanding proyeksi 2011 sebesar Rp 540 miliar, menurut manajemen perusahaan. Penurunan terjadi karena pelemahan harga jual produk perseroan di 2012.
Richard I Tursadi, Management Accounting Budget & Control Manager Polychem Indonesia, menjelaskan penurunan harga jual diperkirakan terjadi pada 2012 seiring pelemahan harga bahan baku produksi. Jika penurunan harga jual produk perseroan lebih tinggi dari pelemahan harga bahan baku produksi, margin laba kotor perseroan akan mengalami penurunan sebesar 1,83 poin, menjadi 8,75% pada 2012 dari 10,58% pada 2011.
"Gross profit akan mengalami penurunan menjadi Rp 350 miliar pada 2012, dari Rp 540 miliar pada 2011," katanya.
Richard belum mau menjelaskan berapa besar penurunan harga jual perseroan pada 2012. Menurut dia, perseroan sulit untuk menentukan harga jual produk pada 2012 karena mengikuti acuan harga yang ditetapkan Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Fiber Indonesia (Apsyfi).
Polychem menargetkan penjualan di 2012 meningkat tipis sebesar 2,56% menjadi Rp 4 triliun dibandingkan proyeksi 2011 sebesar Rp 3,9 triliun. Richard menilai kenaikan penjualan Polychem Indonesia di 2012 tidak dipengaruhi oleh harga jual produk perseroan, karena harga jual relatif turun seiring dengan turunnya harga bahan baku. Kenaikan penjualan 2012 lebih didukung oleh peningkatan volume penjualan.
Pada Maret 2011, perseroan telah mengoptimalkan produktivitas pabrik poliester di Tangerang dengan kapasitas produksi 91 ribu ton per tahun. Optimalisasi pabrik poliester tersebut menghabiskan dana sebesar US$ 10 juta yang dibiayai anggaran belanja modal 2010. Hingga akhir 2011, utilisasi pabrik tersebut diproyeksikan mencapai 41%.
"Kenaikan volume produksi di 2012 secara total tidak besar, namun untuk poliester kemungkinan akan mencapai full capacity," ujar Richard.
PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), emiten produsen poliester pesaing Polychem Indonesia, memproyeksikan nilai penjualan perseroan pada 2012 sama dengan target penjualan 2011 sebesar Rp 5,7 triliun-Rp 5,8 triliun. Vasudevan Ravi Shankar, Presiden Direktur Asia Pacific Fibers, mengatakan pertumbuhan penjualan perseroan akan bergantung pada harga bahan baku.
Menurut Shankar, pada kuartal IV 2011 harga bahan baku pembuatan poliester, yakni purified terephthalic acid (PTA) dan paraxylene (PX) mengalami penurunan sekitar 15%-20%. "Proyeksinya, penjualan 2012 Rp 5,7 triliun-Rp 5,8 triliun dengan estimasi harga bahan baku turun 15%-20%," ujarnya.
Selain menurunnya harga bahan baku sebagai imbas dari turunnya harga minyak di akhir tahun 2011, penjualan Asia Pacific Fibers juga akan terpengaruh oleh prediksi menurunnya permintaan produk poliester.
Menurut Shankar, saat ini perseroan masih sulit untuk menentukan margin profit untuk 2012 karena fluktuasi harga bahan baku dan nilai tukar dolar Amerika Serikat sulit diprediksi. Sementara dampak dari krisis utang di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat akan sangat berpengaruh terhadap harga minyak mentah yang merupakan bahan baku hulu produksi perseroan.
Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Fiber Indonesia (Apsyfi), mengatakan penjualan serat sintetis, termasuk poliester, pada 2012 diperkirakan meningkat sekitar 5% dibanding 2011. "Kenaikan penjualan serat sintetis dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi garmen di Indonesia yang diperkirakan tumbuh 1%-2% pada 2012," ujar Redma.
Data Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Fiber Indonesia menyebutkan Asia Pacific Fibers menjadi pemimpin pasar serat sintetis nasional dengan pangsa 24%, diikuti PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) dengan pangsa pasar 22%. Polychem Indonesia menjadi pemilik pangsa pasar terbesar ketiga dengan pangsa 14%, diikuti PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) dengan pangsa 12%, PT Indonesia Toray Synthetics dengan pangsa 11%, PT Panasia Indosyntec Tbk (HDTX) dengan pangsa 3%, dan produsen lainnya 14%.(*)