Label

Senin, 02 Januari 2012

Polychem Estimasikan Laba Kotor 2012 Rp 350 Miliar

Polychem Estimasikan Laba Kotor 2012 Rp 350 Miliar

BY SAFREZI FITRA JAKARTA (IFT) - PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG), emiten produsen poliester, ethylene glycol dan petrokimia, serta benang nilon, mengestimasikan laba kotor 2012 sebesar Rp 350 miliar, turun 35% dibanding proyeksi 2011 sebesar Rp 540 miliar, menurut manajemen perusahaan. Penurunan terjadi karena pelemahan harga jual produk perseroan di 2012.
Richard I Tursadi, Management Accounting Budget & Control Manager Polychem Indonesia, menjelaskan penurunan harga jual diperkirakan terjadi pada 2012 seiring pelemahan harga bahan baku produksi. Jika penurunan harga jual produk perseroan lebih tinggi dari pelemahan harga bahan baku produksi, margin laba kotor perseroan akan mengalami penurunan sebesar 1,83 poin, menjadi 8,75% pada 2012 dari 10,58% pada 2011.
"Gross profit akan mengalami penurunan menjadi Rp 350 miliar pada 2012, dari Rp 540 miliar pada 2011," katanya.
Richard belum mau menjelaskan berapa besar penurunan harga jual perseroan pada 2012. Menurut dia, perseroan sulit untuk menentukan harga jual produk pada 2012 karena mengikuti acuan harga yang ditetapkan Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Fiber Indonesia (Apsyfi).
Polychem menargetkan penjualan di 2012 meningkat tipis sebesar 2,56% menjadi Rp 4 triliun dibandingkan proyeksi 2011 sebesar Rp 3,9 triliun. Richard menilai kenaikan penjualan Polychem Indonesia di 2012 tidak dipengaruhi oleh harga jual produk perseroan, karena harga jual relatif turun seiring dengan turunnya harga bahan baku. Kenaikan penjualan 2012 lebih didukung oleh peningkatan volume penjualan.
Pada Maret 2011, perseroan telah mengoptimalkan produktivitas pabrik poliester di Tangerang dengan kapasitas produksi 91 ribu ton per tahun. Optimalisasi pabrik poliester tersebut menghabiskan dana sebesar US$ 10 juta yang dibiayai anggaran belanja modal 2010. Hingga akhir 2011, utilisasi pabrik tersebut diproyeksikan mencapai 41%.
"Kenaikan volume produksi di 2012 secara total tidak besar, namun untuk poliester kemungkinan akan mencapai full capacity," ujar Richard.
PT Asia Pacific Fibers Tbk (POLY), emiten produsen poliester pesaing Polychem Indonesia, memproyeksikan nilai penjualan perseroan pada 2012 sama dengan target penjualan 2011 sebesar Rp 5,7 triliun-Rp 5,8 triliun. Vasudevan Ravi Shankar, Presiden Direktur Asia Pacific Fibers, mengatakan pertumbuhan penjualan perseroan akan bergantung pada harga bahan baku.
Menurut Shankar, pada kuartal IV 2011 harga bahan baku pembuatan poliester, yakni purified terephthalic acid (PTA) dan paraxylene (PX) mengalami penurunan sekitar 15%-20%. "Proyeksinya, penjualan 2012 Rp 5,7 triliun-Rp 5,8 triliun dengan estimasi harga bahan baku turun 15%-20%," ujarnya.
Selain menurunnya harga bahan baku sebagai imbas dari turunnya harga minyak di akhir tahun 2011, penjualan Asia Pacific Fibers juga akan terpengaruh oleh prediksi menurunnya permintaan produk poliester.
Menurut Shankar, saat ini perseroan masih sulit untuk menentukan margin profit untuk 2012 karena fluktuasi harga bahan baku dan nilai tukar dolar Amerika Serikat sulit diprediksi. Sementara dampak dari krisis utang di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat akan sangat berpengaruh terhadap harga minyak mentah yang merupakan bahan baku hulu produksi perseroan.
Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Fiber Indonesia (Apsyfi), mengatakan penjualan serat sintetis, termasuk poliester, pada 2012 diperkirakan meningkat sekitar 5% dibanding 2011. "Kenaikan penjualan serat sintetis dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi garmen di Indonesia yang diperkirakan tumbuh 1%-2% pada 2012," ujar Redma.
Data Asosiasi Produsen Serat Sintetis dan Fiber Indonesia menyebutkan Asia Pacific Fibers menjadi pemimpin pasar serat sintetis nasional dengan pangsa 24%, diikuti PT Tifico Fiber Indonesia Tbk (TFCO) dengan pangsa pasar 22%. Polychem Indonesia menjadi pemilik pangsa pasar terbesar ketiga dengan pangsa 14%, diikuti PT Indorama Synthetics Tbk (INDR) dengan pangsa 12%, PT Indonesia Toray Synthetics dengan pangsa 11%, PT Panasia Indosyntec Tbk (HDTX) dengan pangsa 3%, dan produsen lainnya 14%.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar