Label

Rabu, 04 Januari 2012

Perusahaan Gas Dinilai Sumber Masalah Distribusi Gas Domestik

Perusahaan Gas Dinilai Sumber Masalah Distribusi Gas Domestik

Konsumen gas domestik bersedia membeli gas dengan harga keekonomian mendekati US$ 10 per mmbtu. 

JAKARTA (IFT) - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) menyatakan sumber permasalahan pasokan gas untuk konsumen domestik berada di PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) karena masih terbatasnya kapasitas pipa transmisi dan distribusi serta bermasalahnya harga gas perusahaan ke pemasok hulu gas. Rudi Rubiandini, Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, mengatakan dari sisi pasokan gas dari hulu tidak bermasalah karena produksi dari kontraktor saat ini tinggi, terlebih tiap tahun  alokasi gas domestik makin  meningkat.

Tahun lalu alokasi domestik sebesar 56,7% dari produksi sebesar 7.768 juta kaki kubik per hari (mmscfd), sementara kewajiban penjualan domestik hanya sebesar 25%. Dari sisi konsumen juga terjadi peningkatan permintaan yang lebih besar lagi karena adanya pengalihan penggunaan bahan bakar minyak menjadi gas.

"Kami menyarankan agar konsumen domestik membeli dengan harga keekonomian dan mereka mengatakan berani untuk membeli US$ 9 per juta british thermal unit (mmbtu). Masalahnya, Perusahaan Gas masih membeli gas dari hulu (kontraktor) sebesar US$ 3-US$ 4 per mmbtu,”  ujarnya, Rabu.

Berdasarkan data BP Migas, saat ini ada beberapa kontrak perjanjian jual beli gas (PJBG) antara kontraktor dan Perusahaan Gas yang tengah dikaji. Beberapa kontrak tersebut antara lain gas dari lapangan Grissik, blok Koridor yang dikelola ConocoPhillips Indonesia ke Perusahaan Gas untuk pipa Sumatera Selatan-Jawa Barat dan pipa ke Batam 1 dan 2. Untuk kontrak gas , harga jual gas ke Perusahaan Gas saat ini sebesar US$ 1,85 per mmbtu untuk masa kontrak 2008-2023 dengan kuota sebesar 373,5 mmscfd. Harga gas tersebut diusulkan naik menjadi US$ 5,61 per mmbtu untuk menaikkan penerimaan negara menjadi sesuai rencana pengembangan semula pada tingkat 57,1%.

Untuk kontrak Batam 1 dan 2, harga gas terkontrak sebesar US$ 2,6 per mmbtu untuk masa kontrak 2008-2023 dengan kuota 68,2 mmscfd. Harga ini diusulkan naik menjadi US$ 5,5 per mmbtu untuk menaikkan penerimaan negara menjadi US$ 558 juta dari US$ 255 juta.

Revisi kontrak juga dilakukan Perusahaan Gas dan PT Pertamina EP Sumbagsel (Sumatera Bagian Selatan), anak usaha PT Pertamina (Persero). Harga saat ini sebesar US$ 2 per mmbtu dengan eskalasi per tahun sebesar 2,2%. Adapun masa kontrak berlaku sejak Juni 2003-Desember 2025. Harga jual gas diusulkan naik menjadi US$ 5 per mmbtu.

Heri Yusup, Sekretaris Perusahaan PGN, mengatakan peresroan tidak bisa begitu saja menaikkan harga beli dari kontraktor gas karena harus mempertimbangkan kestabilan pasokan. Kalaupun harga belinya naik, menurut Heri, itu harus diimbangi dengan tambahan volume gas.

"Pertemuan informal dengan BP Migas sudah ada, usulan-usulan dari BP Migas sudah ada, tapi sampai hari ini belum ada kesepakatan, pembahasannya belum selesai. Pokoknya artinya ada take and give lah. Kami masih pertimbangkan," tuturnya.

Perusahaan Gas telah mendistribusikan gas lebih dari 800 mmscfd dan kapasitas transmisi gas mencapai 840 mmscfd melalui pipa distribusi dan transmisi sepanjang 5.900 kilometer. Sementara harga jual gas ke konsumen berada pada kisaran US$ 6-US$ 6,5 per mmbtu.
Untuk jaringan pipa distribusi  mencapai 3.750 kilometer ke pembangkit listrik, industri, dan bisnis komersial lainnya seperti restoran, hotel, rumah sakit, dan rumah tangga. Sementara pipa transmisi memiliki panjang 2.160 kilometer.

Komaidi, Deputi Direktur ReforMiner Institute, menilai, dominasi Perusahaan Gas dan Pertamina dalam infrastruktur gas yang mencapai 75%-85% mengakibatkan sumber permasalahan pendistribusian gas harus diurai dari kedua badan usaha milik negara tersebut. Dia meminta pemerintah  bersikap tegas terkait permasalahan pendistribusian gas tersebut

Forum Industri Pengguna Gas sebelumnya meminta pemerintah merealisasikan komitmennya untuk memenuhi kebutuhan gas industri setelah industri bersedia membeli gas dengan harga keekonomian. Achmad Widjaya, Sekretaris Jenderal Forum Pengguna Gas, mengatakan pasokan gas tahun ini seharusnya meningkat dibanding realisasi pasokan pada 2011 sebesar 567 mmscfd.

Industri menurut Achmad juga siap membeli gas dengan harga keekonomian mendekati US$ 10 per mmbtu. Dia memperkirakan kebutuhan industri pada 2012 sama dengan kebutuhan 2011 yakni sebesar 876 mmscfd. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar