Label

Kamis, 12 Juli 2012

Negara Pembeli LNG akan Diwajib Investasi di RI

Negara Pembeli LNG akan Diwajib Investasi di RITRIBUNNEWS.COM, BALI - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau BP Migas akan menerapkan persyaratan bagi penjualan Liquefied natural gas (LNG) untuk kebutuhan industri di Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.
Syarat yang akan diajukan BP Migas itu adalah; pembeli LNG (industri) wajib menanam investasinya di Indonesia. Usulan ini disampaikan oleh, Kepala BP Migas, R. Priyono dalam konferensi pers yang digelar di Bali, Kamis (12/7).
Priyono mengungkapkan, LNG saat ini sudah menjadi komoditas penting bagi ekonomi bangsa. Maka itu, BP Migas merancang strategi baru dalam pemanfaatan LNG, terutama untuk pasar ekspor. ”Kami ingin yang beli LNG berinvestasi di sini (Indonesia),” tegas Priyono.
Usulan Priyono itu, sudah disampaikan dalam Forum LNG 2012 yang dihadiri oleh beberapa pembeli LNG dari Jepang, Korea Selatan, Taiwan, India, Singapura, juga dari Indonesia (pembeli domestik).
Melalui acara itu, Priyono berharap, pembeli khususnya dari negara tradisional (Jepang, Korea Selatan dan Taiwan) memahami keinginan BP Migas dan Pemerintah Indonesia untukmenaikkan nilai tambah dari penjualan LNG.
Untuk memuluskan rencana ini, pemerintah bersama tim dari BP Migas sedang melakukan negosiasi lanjutan dengan pembeli LNG yang berada di Jepang. Sejauh ini, industri yang membeli LNG dari Indonesia yang ada Jepang, tidak keberatan dengan usulan BP Migas tersebut.
Berbeda dengan industri yang berada di Korea Selatan, yang sejauh ini belum menyatakan kesediaannya untuk berinvestasi di Indonesia. “Biasa kalau dalam jual beli, kalau ada klausul baru mereka menolak, tetapi kami yakin ke depan mereka mau,” kata Prioyono.
Meurut Priyono, persyaratan yang diajukan oleh BP Migas cukup masuk akal bagi Indonesia dan juga bagi industri yang ada di negara pembeli LNG tersebut. Apalagi, pembeli LNG itu sangat bergantung dengan suplai LNG dari Indonesia “Kami jamin pasti bisa,” tegasnya. (*)

BRI kucurkan kredit Rp 324 miliar untuk Petrokimia

JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengucurkan kredit modal kerja (KMK) senilai Rp 324,1 miliar untuk Proyek Perluasan Dermaga dan Komplek Pergudangan PT Petrokimia Gresik.

Dengan perluasan tersebut, Petrokimia bisa meningkatkan kapasitas bongkar muat yang saat ini sebesar 5 juta ton per tahun menjadi 7 juta ton per tahun. Total biaya investasi proyek tersebut Rp 463 miliar, dengan porsi pendanaan BRI 70% dan sisanya sebesar 30% dari ekuitas Petrokimia.

Dengan kredit yang baru diberikan itu, maka total kredit yang disalurkan BRI ke Petrokimia Gresik sebesar Rp 1,5 triliun," ujar Direktur Bisnis dan Kelembagaan BRI Asmawi Syam, Jumat (27/4).

Sampai dengan kuartal pertama 2012, total kredit BRI untuk holding PT Pupuk Indonesia mencapai Rp 5,9 triliun. Di awal 2012, BRI telah memberi pendanaan sebesar Rp 1 triliun untuk PT Pupuk Kujang. Di kuartal kedua 2012, BRI bakal menambah lagi penyaluran kredit untuk mendukung ekspansi bisnis PT Pupuk Indonesia.

Asmawi mengungkapkan, tahun ini kemungkinan paling besar untuk pengembangan pabrik pupuk baru. Antara lain rencana revitalisasi Petrokimia Urea, Pusri 2B, dan Kujang IC.

Tjiwi Kimia akan bangun pembangkit listrik


Tjiwi Kimia akan bangun pembangkit listrik
Berita Terkait


JAKARTA. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) berencana membangun pembangkit listrik dengan kapasitas 70 megawatt (MW). Pembangunan pembangkit listrik tersebut akan direalisasikan TKIM tahun depan.
Pabrik kertas tersebut akan menggunakan pembangkit listrik itu untuk memasok energi ke pabriknya yang berlokasi di Mojokerto, Jawa Timur. "Pembangunan pembangkit listrik akan mengurangi biaya energi," kata Suhendra Wiriadinata, Direktur TKIM, pekan lalu.
Suhendra belum bisa memperkirakan seberapa besar penghematan yang bisa direalisasikan oleh TKIM, jika pembangkit tersebut sudah beroperasi.
Sejauh ini, manajemen TKIM baru sebatas memproyeksikan kebutuhan dana investasi untuk membangun pembangkit listrik tersebut. Dalam hitungan perusahaan yang dikendalikan Sinar Mas itu, nilai investasi berkisar US$ 1 juta per MW, atau total US$ 70 juta.
Rencananya, TKIM akan memakai dana kas internal dan pinjaman perbankan untuk menggarap proyek tersebut.

Dow Indonesia incar pasar tambang dan oleokimia

JAKARTA. Produsen bahan kimia, PT Dow Indonesia berencana menambah portofolio penjualan produk mereka ke sektor industri. Manajemen Dow Indonesia mengatakan mereka mengincar wilayah pasar baru di industri pertambangan dan oleokimia.
Fleming Lee, Business Development Manager Dow Indonesia mengatakan perkembangan industri pertambangan dan oleokimia di Indonesia sangat prospektif. Misalnya program hilirisasi tambang yang membutuhkan bantuan produk kimia. "Contohnya pengolahan nikel yang membutuhkan permurnian yang menggunakan bahan kimia. Itu peluang buat kami untuk masuk," katanya, Kamis (12/7).
Begitu pula dengan industri oleokimia dimana Indonesia merupakan salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Sayang, ia tidak mau mengatakan secara detil soal rencana Dow Indonesia merambah ke target pasar anyar tersebut. "Hingga kini masih dalam pembahasan internal kami," elaknya.
PT Dow Indonesia merupakan bagian dari Dow Chemical Company asal Amerika Serikat. Mereka mulai masuk ke Indonesia tahun 1973. Dow punya tiga lini bisnis yaitu bahan kimia untuk agrosciences (bahan kimia untuk agribisnis) dan coating materials, pengolahan air (water process solutions) serta pengolahan plastik.
Saat ini mereka memiliki dua buah pabrik di Indonesia. Pertama adalah pabrik di Medan di bawah bendera PT Dow AgroSciences yang memproduksi bahan kimia untuk tanaman dan pengendalian hama. Serta satu pabrik di Cilegon yang memproduksi coating materials. Salah satunya untuk bahan baku cat.