Label

Rabu, 27 April 2011

Kuwait Petroleum tunggu insentif pemerintah untuk bangun kilang Balongan

Kuwait Petroleum tunggu insentif pemerintah untuk bangun kilang Balongan
JAKARTA. Kuwait Petroleum Corporation masih menunggu kepastian insentif pembangunan kilang minyak Balongan yang akan diberikan pemerintah Indonesia hingga Mei 2011. Perusahaan minyak Kuwait itu menuntut insentif, seperti mereka mendapatkannya ketika berinvestasi di negara China dan Vietnam.

"Mereka mendapatkan berbagai insentif menguntungkan dari negara-negara itu," kata Dirjen Minyak dan Gas bumi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo, Kamis (21/4).

Daftar insentif yang diminta oleh perusahaan minyak nasional Kuwait tersebut masih dalam proses pembahasan di Kementerian Keuangan. “Kemenkeu tidak mau putuskan begitu saja. Saya lihat perkembangannya bagus dan mereka berkomitmen untuk teruskan ini di Indonesia,” jelas dia.

Kuwait akan meneruskan proyek pembangunan kilang ini jika menilai insentif yang diberikan pemerintah cocok dengan mereka. Selanjutnya, akan memulai konstruksi dan ditargetkan selesai pada 2015. “Dia inginnya awal Mei sudah ada keputusan mengenai insentif.,” katanya.

Menurut nota kesepahaman yang ditandatangani oleh Kuwait Petroleum dan PT Pertamina (Persero), kilang Balongan ini rencananya akan mempunyai kapasitas 200 ribu hingga 300 ribu barel per hari (bph).

Dia mengatakan, minyak mentah yang akan diolah di Kilang Balongan ini akan berasal dari Kuwait Petroleum. Pasalnya, pihak Kuwait dan Pertamina sudah cukup lama berpartner dalam perdagangan dan bisnis hulu minyak dan gas.

Kuwait Petroleum Corporation dan Pertamina telah menandatangani nota kesepahaman sejak 19 Agustus tahun lalu. Nota kesepahaman ini juga menyepakati dilakukannya studi kelayakan (feasibility study/FS).

Saat ini, Pertamina baru memiliki 6 kilang dengan kapasitas produksi sebesar 1,031 juta bph. Rinciannya, Kilang Dumai-Riau 170 ribu bph, Plaju-Sumatra Selatan 118 ribu bph, Cilacap-Jawa Tengah 348 ribu bph, Balikpapan-Kalimantan Timur 260 ribu bph, Balongan-Jawa Barat bph, dan Kasim-Papua Barat 10 ribu bph.

Dengan 6 kilang tersebut, kapasitas total produksi bahan bakar minyak (BBM) Pertamina hanya sekitar 40,6 juta kiloliter (kl), yaitu solar 18,3 juta kl, premium 12 juta kl, minyak tanah 7 juta kl, dan avtur 3,3 juta kl. Padahal kebutuhan BBM per tahunnya mencapai sekitar 50,1 juta kl dengan rincian premium 22,1 juta kl, solar 21,2 juta kl, minyak tanah 3,8 juta kl, dan avtur 3,1 juta kl.

DAMPAK KENAIKAN HARGA GARAM

DAMPAK KENAIKAN HARGA GARAM
Harga dasar naik, produksi garam diperkirakan naik
JAKARTA. Aliansi Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia (A2PGRI) menyambut baik kenaikan harga dasar garam. Anggota Presidium A2PGRI Faisal Baidowi menilai, kenaikan harga tersebut bisa memacu produksi dan kualitas garam.

Asal tahu saja, Kementerian Perdagangan atas rekomendasi dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menaikkan harga dasar garam baik kualitas I (KI) maupun II (KII). Harga dasar garam KI naik 130,76% dari Rp 325.000 per ton menjadi Rp 750.000 per ton atau dari Rp 325 per kilogram (kg) menjadi Rp 750 per kg. Harga dasar garam KII naik dari Rp 250.000 per ton menjadi Rp 550.000 per ton atau dari Rp 250 per kg menjadi Rp 550 per kg.

Faisal memprediksikan, produksi garam tahun ini bisa mencapai mencapai 1,4 juta ton atau lebih tinggi dari produksi normal yang biasanya 1,2 juta ton. Selain karena kenaikan harga, dia menilai faktor cuaca juga meningkatkan produksi garam tahun ini.

Cuaca pada periode panen raya garam yaitu bulan Juni-Oktober diprediksi akan panas. Petani diprediksi bakal mendapat sinar matahari yang dibutuhkan dalam proses pembuatan garam. "Kami tidak akan kesulitan lagi seperti tahun lalu," jelas Faisal.

Toto Sudiharto, Bendahara Koperasi Santing Mandiri, koperasi petani garam di Indramayu, mengamini pernyataan tersebut. Menurutnya, harga dasar yang naik membuat petani di Indramayu berusaha memacu produktivitas lahannya. Selama ini, satu hektare (ha) lahan biasanya memproduksi 120 ton garam per musim. "Karena harganya naik, kami berusaha produktivitasnya bisa naik menjadi 200 ton per hektare," ujarnya kepada KONTAN.

Toto bilang, gairah petani garam memang sedang tinggi-tingginya. Pasalnya, keuntungan petani bakal berlipat ganda dengan naiknya harga dasar itu. Contohnya, biaya produksi garam KII itu untuk petani tradisional hanya Rp 150 per kg, dan petani intensif sebesar Rp 275 per kg.

Di sisi lain harga jual dasar yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 550 per kg. Itu artinya petani mendapat untung dua kali lipat lebih banyak ketimbang biaya produksi yang dikeluarkan. "Siapa yang tidak mau mendapat untung sebesar ini!" seru Toto.

Petani di Indramayu juga banyak yang berusaha memproduktifkan lahan garam yang selama ini tidak produktif. Lahan garam di Indramayu sekitar 2.000 ha. Dari jumlah itu, sekitar 800 ha berstatus lahan mati karena tahun lalu petani enggan menanam garam akibat faktor cuaca dan harga yang rendah. Lahan-lahan mati itulah yang sekarang terus diproduktifkan kembali oleh petani-petani di sana.

Informasi saja, tahun lalu memang menjadi tahun terburuk dalam sejarah produksi garam dalam negeri. Produksi garam tahun lalu hanya sebanyak 25.312 ton atau hanya 2% dari produksi normal yang sebanyak 1,2 juta ton.

Di Indramayu sendiri sebagai salah satu lumbung garam nasional, produksi garam tahun lalu hanya 40 ton saja. Padahal biasanya produksi di sana bisa mencapai 550.000 ton. Tahun ini, produksi garam di Indramayu diprediksi bisa kembali normal.
KENAIKAN HARGA GARAM
Harga dasar garam dari penambak naik 100%
JAKARTA. Pemerintah menaikkan harga dasar garam petani sebesar 100% mulai April 2011. Garam K1 atau garam yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk industri yang telah beriodium naik dari Rp 325.000 per ton menjadi Rp 750.000 per ton.

Sementara itu, garam K2 atau garam yang belum memenuhi standar SNI naik menjadi Rp 550.000 per ton dari Rp 250.000 per ton. “Usulan kami telah disetujui Kementerian Perdagangan dan akan segera keluar surat keputusannya,” ujar Menteri Kelautan Fadel Muhammad, hari ini (21/4).

Alasan menaikkan harga dasar garam ini untuk merangsang para penambak garam agar kembali memproduksi garam rakyat. Apalagi, konsumsi garam saat ini masih terbilang sedikit, yaitu 3 sampai 4 kg per kapita per tahun.

Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menambahkan, sejak 2008 harga dasar garam belum pernah naik. "Kita berikan insentif cukup bagi petani garam, dengan harapan ada perbaikan kualitas garam," ujar Mari.

FPNI siap bangun pabrik Ethylene

SAHAM FPNI

Bersiap bangun pabrik etilen, saham FPNI naik ke level tertinggi sebulan


JAKARTA. Saham PT Titan Kimia Nusantara Tbk (FPNI) naik ke level tertinggi dalam satu bulan terakhir. FPNI melaju 3,9% ke posisi Rp 135 per saham pada pukul 9.39 WIB. Ini harga penutupan tertingginya sejak 14 Maret.

Saham emiten yang bergerak di bisnis petrokimia ini terdongkrak karena kabar perseroan menyiapkan dana sekitar US$ 3 miliar hingga US$ 5 miliar untuk membangun pabrik etilen.