Label

Minggu, 03 Juli 2011

Ada tax holiday bagi proyek MP3EI

Nasional

 
Senin, 30 Mei 2011

JAKARTA. Pemerintah akan memberikan insentif bagi proyek-proyek yang masuk dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025. Salah satu insentif yang disediakan berupa tax holiday.

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Kementerian Perencanaan Pembangungan Nasional (PPN) Dedy S. Pritana mengatakan, pemberian tax holiday ini untuk proyek yang dianggap akan memberikan kontribusi yang besar sekali. Sayang, Dedy belum bisa membeberkan secara rinci soal tax holiday tersebut.

Selain itu, Dedy mengatakan, pemerintah akan memberikan jaminan bagi proyek-proyek infrastruktur. Hal tersebut sudah diatur diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2010 tentang Penjaminan Infrastruktur dalam Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha. "Dengan adanya penjaminan juga sudah membuat investor tertarik,” katanya.

Daya tarik lainnya adalah viability gap fund. Dedy menerangkan, pemerintah akan membantu proyek yang ternyata tidak feasible melalui fasilitas ini. Misalnya, dia mencontohkan pemerintah turut membangun jalan atau sebagian konstruksi proyek tersebut.

Sebelumnya, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Armida Alisjahbana mengatakan, pemerintah akan merevisi aturan yang menghambat investasi. Menurutnya, pemerintah juga akan menghilangkan peraturan yang tumpang tindih baik di tingkat pusat dan daerah maupun antar sektor dan lembaga.
 

Tiga sektor industri nikmati tax holiday

Nasional


Kamis, 23 Juni 2011

dibaca sebanyak 351 kali
0 Komentar
JAKARTA. Para pengusaha yang hendak menanamkan modal namun masih menanti insentif tax holiday boleh bersorak. Agustus 2011 nanti, pemerintah akan menerbitkan beleid yang mengatur soal pembebasan pajak dalam jangka waktu tertentu.
Sebagai bocoran awal, sudah ada tiga sektor industri yang bakal mendapat bonus pembebasan pajak. Yakni, industri logam dasar (besi baja), kilang minyak, dan gasifikasi batubara. "Pertimbangannya karena industri itu sesuai kriteria mendapatkan tax holiday," kata Direktur Deregulasi
Badan Penanaman Modal (BKPM) Indra Darmawan, Rabu (22/6). Adapun kriteria itu, antara lain, menanamkan modal di industri baru, industri pionir, mengenalkan teknologi baru, dan memiliki nilai strategis bagi perekonomian.
Indra bilang, pemerintah masih membahas sektor lain yang bisa menikmati fasilitas empuk ini. Misal, industri yang mengelola energi terbaharukan. Cuma, perdebatan masih alot di pemerintahan.
Ia mengisahkan, pekan lalu sebenarnya pemerintah sudah hampir kelar membahas sektor penerima tax holiday. "Di menit-menit terakhir, ada keberpihakan pada sektor geotermal. Sektor ini ada di dalam draf yang lama," ujarnya.
Yang sudah pasti, industri penerima tax holiday takkan mendapat keringanan pajak berupa tax allowance. Sedangkan masa berlaku tax holiday, pembicaraan terakhir di Kementerian Keuangan sepakat insentif diberikan selama lima tahun, lalu bisa diperpanjang tiga tahun lagi. Semua aturan baru ini akan masuk dalam peraturan menteri keuangan (PMK). PMK itu turunan dari Peraturan Pemerintah No. 94 Tahun 2010 tentang Penghitungan Penghasilan Tidak Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan dalam Tahun Berjalan.
Staf Khusus Kepala BKPM Silmy Karim menambahkan, hingga saat ini memang terdapat pro kontra soal tax holiday di dunia. Bank Dunia,
G-8, dan G-20 cenderung tak menyetujui. "Tapi banyak negara yang diam-diam memberikan," katanya. Namun, pemerintah lebih memilih membuat aturan hukum yang jelas soal insentif tax holiday.
Yang jelas, terkabulnya tax holiday bagi tiga sektor yang sudah diungkap tadi harusnya bisa memuluskan sejumlah investasi asing. Misalnya, Posco dari Korea yang akan membangun kilang minyak di Balongan Indramayu, Jawa Barat, bersama Pertamina.
Selain tax holiday, saat ini pemerintah sedang merevisi peraturan mengenai tax allowance pada PP No 62 Tahun 2008. PP ini mengatur keringanan pajak sekitar 30% selama 6 tahun.
 

Investasi baru menunggu realisasi tax holiday

Investasi baru menunggu realisasi tax holiday
JAKARTA. Investasi baru yang akan masuk ke Indonesia menunggu penerbitan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait tax holiday. Kebijakan itu diharapkan bisa mempercepat realisasi investasi yang akan dilakukan di Indonesia.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (INAPlas) Fajar AD Budiyono mengatakan, sejumlah investor di bidang petrokimia yang akan masuk ke Indonesia sangat berharap kebijakan insentif itu segera terbit. "Adanya tax holiday bisa mempercepat realisasi investasi di bidang petrokimia," kata Fajar.

Mereka yang tengah berencana berinvestasi di antaranya berasal dari Timur Tengah yang akan membangun refinery untuk mengolah minyak menjadi bahan baku petrokimia. Selain itu ada Korea yang akan membangun Nafta Cracker yang mengolah nafta menjadi bahan baku plastik. Perusahaan Taiwan juga berencana merelokasi refinery ke Indonesia.

Lokasi yang akan dipilih untuk investasi itu berada di empat kluster industri petrokimia yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur.

Untuk investasi pembangunan satu refinery membutuhkan dana investasi sebesar US$ 6 miliar. Sedangkan dana investasi untuk pembangunan satu nafta cracker mencapai US$ 2,2 miliar. Indonesia sejatinya masih membutuhkan tiga refinery hingga tahun 2020 untuk mengatasi kekurangan bahan baku petrokimia yang dihadapi industri selama ini.

Sementara itu, Wakil Ketua Indonesia Iron and Steel Industri Association (IISA) Irvan Kamal Hakim mengatakan, industri baja nasional menyambut baik rencana penerbitan tax holiday. "Kebijakan insentif itu sudah lama ditunggu oleh industri," kata Irvan.

Sebelumnya Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan bahwa ada tiga sektor industri yang akan memperoleh insentif itu yaitu industri logam dasar (besi baja), kilang minyak dan gasifikasi.

Namun Badan Pengkajian Kebijakan Iklim Dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian (BPKIMI Kemenperin) Arryanto Sagala mengatakan, keputusan sektor industri apa saja yang akan mendapatkan insentif tax holiday masih belum final. "Saat ini masih dibahas," kata Arryanto.

Jadi tidak menutup kemungkinan ada sektor industri lain akan memperoleh insentif yaitu sektor industri yang masuk kategori sektor prioritas. Sayangnya Arryanto belum bersedia menyebutkan sektor apa saja yang menjadi prioritas itu. Yang jelas, Arryanto mengatakan mereka harus memenuhi tiga syarat yaitu industri pionir, memberikan multiplier effect ke industri yang lain dan memiliki nilai investasi yang besar.

Lafarge jajaki pembangunan pabrik semen di Jatim

Industri

Selasa, 07 Juni 2011
JAKARTA. Perusahaan investasi asal Prancis, Lafarge berniat melakukan ekspansi pabrik ke Pulau Jawa. Saat ini mereka tengah menjajaki pembangunan pabrik semen di Jawa Timur (Jatim).

Menteri Perindustrian, MS Hidayat mengatakan, Lafarge sudah menyampaikan rencananya untuk membangun pabrik baru selain di Aceh. "Tapi saya ingatkan risikonya besar karena di Jawa persaingannya sangat ketat," kata Hidayat usai membuka pameran keramik, kaca dan bahan bangunan, Selasa (7/6).

Selain ketatnya persaingan, Kementerian Perindustrian berharap Lafarge membangun pabriknya di luar Jawa sesuai dengan program pemerintah dalam pengembangan industri. Namun sayang, Hidayat belum bisa menyebutkan berapa kapasitas pabrik yang akan dibangun dan nilai investasinya.

Sekadar catatan, Lafarge, telah selesai membangun kembali pabrik mereka yang hancur akibat tsunami di Lhok Nga, Aceh dan mulai sudah mulai beroperasi pada bulan Maret 2011. Pabrik itu berkapasitas 1,6 juta ton per tahun dengan dana investasi US$ 300 juta.
Selain di Aceh, Lafarge salah satu perusahaan semen terbesar di dunia ini merencanakan membangun pabrik semen di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut).

Lafarge bangun pabrik semen di Langkat senilai Rp 5 Triliun

 3 juli 2011

Untuk membangun pabrik dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun itu, Lafarge akan mengeluarkan dana investasi hingga Rp 5 triliun  

Pusri perpanjang kontrak pembelian gas hingga 2017 dengan Pertagas Niaga

Industri

Minggu, 03 Juli 2011

Pusri perpanjang kontrak pembelian gas hingga 2017 dengan Pertagas Niaga
JAKARTA. PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang siap untuk membeli harga gas keekonomian dalam perpanjangan kontrak jual beli gas dengan PT Pertagas Niaga. Sebelumnya harga gas yang dibeli oleh Pusri Palembang sebesar US$ 3,6 per mmbtu.

Untuk perpanjangan Perjanjian Jual Beli Gas Bumi (PJBG) nanti, Pusri Palembang siap untuk membeli dengan harga US$ 5 per mmbtu. PT Pertagas Niaga memiliki kontrak jual beli gas dengan Pusri Palembang. Jumlah volume gas yang dialirkan ke Pusri mencapai 14 juta kaki kubik perhari (mmscfd).

Kontrak ini akan berakhir pada 31 Desember 2012. Kedua belah pihak sepakat untuk memperpanjang kontrak jual beli gas selama 5 tahun hingga 2017. Dalam perpanjangan kontrak baru itu, Pusri Palembang siap memberikan tawaran harga lebih tinggi.

"Jadi yang paling baik memang menggunakan harga formula ya supaya masing-masing pihak tidak merasa dirugikan," ujar Direktur Utama Pusri Palembang, Eko Sunarko kepada KONTAN akhir pekan ini.

Perpanjangan kontrak PJBG itu untuk mengamankan kebutuhan gas Pusri. Kebutuhan gas Pusri tiap tahunnya rata-rata membutuhkan 225 mmscfd untuk memproduksi 2 juta ton pupuk.

Eko mengatakan, Pusri akan membangun pabrik pupuk 2b sebagai pengganti pabrik pupuk 2 yang usianya sudah tua. Pabrik yang usianya lebih dari 30 tahun tersebut sudah tidak efisien lagi sebab cukup boros untuk menggunakan gas.

"Kalau pabrik lama 1 ton urea membutuhkan produksi gas sekitar 40 mmscfd tapi dengan adanya pabrik baru ini konsumsi gas hanya sekitar 25 mmscfd," kata Eko.

Terkait dengan pabrik baru tersebut, Eko menyatakan sudah mendapatkan komitmen pasokan gas dari PT Medco E&P Indonesia. Sehingga tak perlu ada kekhawatiran soal pasokan gas. Jika semuanya lancar, pabrik 2b akan memasuki masa konstruksi pada tahun depan. "Investasi pabrik ini sekitar US$ 600 juta," papar Eko.

 

PTBA akan bentuk usaha patungan dengan Pusri untuk proyek gasifikasi batubara

Investasi

 
Jumat, 01 Juli 2011

BISNIS PTBA

PTBA akan bentuk usaha patungan dengan Pusri untuk proyek gasifikasi batubara

PTBA akan bentuk usaha patungan dengan Pusri untuk proyek gasifikasi batubara
JAKARTA. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) bakal membentuk usaha patungan (joint venture) dengan PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) untuk proyek gasifikasi batubara.

"Sekarang sedang proses feasibility studies (FS), diharapkan bisa selesai pertengahan 2012," ungkap Direktur Utama PTBA Sukrisno, Jumat (1/7).

Gasifikasi batubara tersebut dimanfaatkan untuk pabrik pupuk baru Pusri yang berlokasi di Tanjung Enim. Baik PTBA maupun Pusri belum memutuskan siapa yang akan menjadi mayoritas dalam usaha patungan tersebut. Adapun kebutuhan batubara untuk proyek yang ditargetkan berjalan tahun depan ini sebesar 1,6 juta ton.

Selain proyek gasifikasi, PTBA juga akan menjadi pemasok batubara bagi Pusri selama 20 tahun ke depan. Pasokan tersebut akan digunakan untuk
unit pembangkit listrik dan steam berbahan bakar batubara Pusri.

"Kalau sudah berjalan normal, nantinya pasokan sebesar 1 juta ton per tahun. Pasokan ini berjalan mulai 2013 dengan 200.000 ton per tahun dulu. Baru pada 2016 ditingkatkan menjadi 1 juta ton per tahun selama 20 tahun," imbuh Sukrisno.

Minta jaminan gas, industri minta PGN teken MoU

Industri

Selasa, 24 Mei 2011
JAKARTA. Kalangan industri pengguna gas kembali meminta kepastian pasokan gas. Mereka mendesak PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) segera meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) mengenai kepastian pasokan gas bagi industri.
Meski sudah digagas sejak awal April 2011 lalu, nota kesepahaman itu belum juga direalisasikan. Sekretaris Jenderal Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Widjaya mengatakan, hingga kini belum ada kejelasan mengenai tindak lanjut dari kesepakatan yang akan diwujudkan dalam bentuk MoU itu. "Seharusnya jika tidak setuju, segera sampaikan ke kami," kata Achmad, Senin (23/5).
Nota kesepahaman itu digagas dalam breakfast meeting antara Kementerian Perindustrian dengan stake holders pengguna gas pada tanggal 5 April 2011 lalu. Saat itu, PGN berkomitmen untuk menekan MoU mengenai pasokan gas untuk industri.
Pertemuan itu dilatarbelakangi minimnya pasokan gas yang dialami sejumlah industri. Nota kesepahaman itu, menurut Achmad, merupakan upaya meminta PGN memenuhi pasokan gas industri sesuai yang tercantum dalam kontrak.
Kontrak itu pun sebenarnya belum memenuhi seluruh kebutuhan industri. Sedangkan saat ini, PGN menurutnya gagal memenuhi kontrak yang sudah ditandatangani. Kontrak pasokan gas industri pada tahun 2011 mencapai sekitar 1.016 juta kaki kubik per hari (mmscfd), tetapi PGN diperkirakan hanya bisa memenuhi 751 MMscfd.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko PGN Wahid Sutopo mengatakan, mereka sudah melakukan pembahasan mengenai nota kesepahaman yang digagas bersama dengan FIPGB. “Sudah dibahas, tapi saya harus cek dulu perkembangan terbarunya,” kata Wahid.
Namun menurutnya, dalam nota kesepahaman itu perlu keterlibatan Dirjen Migas dan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas. Kedua institusi itu menurutnya lebih berwenang dalam menentukan alokasi gas.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan industri, pemerintah akan mengimpor gas dari Timur Tengah. Saat ini, menurut Hidayat, sudah ada investor dari Aceh yang menawarkan diri sebagai importirnya. “Harga gas impor sama dengan yang diberikan oleh PGN," kata Hidayat.

PGN berkomitmen amankan pasokan gas untuk KS dan Pusri

Industri


Jumat, 01 Juli 2011

JAKARTA. Perusahaan Gas Negara (PGN) siap mengamankan pasokan gas untuk kebutuhan PT Krakatau Steel Tbk (KS) dan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang.

Untuk kebutuhan gas KS, rencananya PGN bakal membangun floating storage regasification unit (FSRT) yang berlokasi di Selat Sunda. Volume kapasitas FSRU tersebut mencapai 3 juta ton (mtpa).
Sedangkan untuk Pusri, PGN akan membangun pipa-pipa transmisi dari sumber-sumber gas di Sumatera Selatan ke pabrik Pusri. "Dengan penandatanganan MoU tersebut, PGN dapat berkontribusi untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi," kata Direktur Utama PGN, Hendi Priyo Santoso, Jumat (1/7).

Terkait dengan pembangunan FSRU tersebut, PGN belum mau membocorkan berapa besar nilai investasinya. Menurutnya itu masih dalam perencanaan. "Untuk ground breaking akan kita bahas dengan KS kapan mereka membutuhkannya," kata Direktur Perencanaan dan Manajemen Resiko PGN, Wahid Sutopo.

Direktur Utama Pusri Palembang, Eko Sunarko mengatakan, untuk kebutuhan gas, pasokan gas akan berasal dari Grissik, ConocoPhilips. Jumlah pasokan gas yang siap akan dipasok mencapai 85 juta kaki kubik per hari (mmscfd). "Nanti yang akan membangun pipanya PGN. Kita harapkan nanti tahun 2015 sudah mengalir," kata Eko.

Saat ini, lanjut Eko volume gas yang menjadi kebutuhan Pusri Palembang sebesar 225 mmscfd. Dari total kebutuhan gas sebesar itu, Eko mengklaim bahwa semuanya aman. Jumlah pasokan yang diterima Pusri Palembang mencapai 225 mmscfd.

Kebutuhan gas sebesar itu untuk memproduksi pupuk sebesar 2 juta ton hingga akhir tahun ini. Pada semester pertama tahun ini, Pusri berhasil memproduksi pupuk sebesar 915.000 ton. Pada tahun lalu, produksi pupuk Urea sebesar 2,15 juta ton.

Menteri BUMN, Mustafa Abubakar menyambut baik rencana ini. Sebab dengan kebutuhan gas yang tercukupi berdampak kepada produksi pupuk. Sebagaimana diketahui, produksi pupuk dibutuhkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. "Pupuk itu sekitar 30% dari biaya komoditi pangan," jelas Mustafa.

Ia melanjutkan, apabila semua pasokan gas dipenuhi maka produksi pupuk mencapai 13 juta ton. Padahal kebutuhan dalam negeri sebesar 9 juta ton per tahun. Sehingga, masih ada sekitar 4 juta ton yang dapat diekspor. "Tentunya ini akan menjadi nilai tambah untuk produksi pupuk," jelas Mustafa.

Kebutuhan gas untuk pabrik pupuk, kata Mustafa merupakan program prioritas utama pemerintah setelah produksi minyak. "Bahan bakar untuk produksi pupuk harus menggunakan gas. Berbeda dengan PLN yang bisa menggunakan BBM," kata Mustafa.

PLN dan PT PAL kerja sama bangun instalasi CNG Storage

Industri


 
Selasa, 10 Mei 2011

JAKARTA. PT PLN dan PT PAL menandatangani nota kesepahaman dalam penyediaan instalansi compressed natural gas (CNG) storage yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaking di Jambi. Pembangunan CNG ini untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pasokan listrik di wilayah Sumatra Bagian Tengah, terutama di Provinsi Jambi.

“Pembangunan instalasi CNG Storage di Jambi ini nantinya akan digunakan untuk menjamin pasokan gas ke pembangkit peaking untuk meningkatkan keandalan pasokan daya pada saat beban puncak (Peaker). Sekarang ini, rata-rata beban puncak pemakaian listrik di Provinsi Jambi mencapai sekitar 286 MW dengan total jumlah pelanggan sekitar 246.395 “, kata Dahlan Iskan, Dirut PLN di Jakarta, Selasa (10/5).

Di daerah Jambi selama ini tersedia sumber gas alam yang cukup melimpah yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pembangkit peaking dengan teknologi Compressed Natural Gas (NNG). Teknologi ini memproses pemampatan gas selama periode di Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dan menampungnya ke dalam suatu penampungan gas (Cylinder Tank Container).

Kemudian, pada saat Waktu Beban Puncak (WBP) akan memasok gas tersebut ke pembangkit. Nantinya, instalasi CNG Plant dan pembangkit peaking akan dibangun sedekat mungkin dengan lokasi sumur gas Sei Gelam 1 yang memiliki kapasitas produksi 2,5 juta kaki kubik perhari (mmscfd) yang akan dihubungkan dengan sumur gas Sei Gelam 2 dengan kapasitas 2 mmscfd melalui pipa gas sepanjang 10,5 Km.

Pasokan gas dari kedua sumur ini akan mampu memasok gas untuk pembangkit peaking sebesar 80 MW. Daya listrik yang dibangkitkan akan masuk kedalam sistim kelistrikan Sumatera Bagian Tengah melalui jaringan transmisi 150 kV dari Sei Gelam 1 sampai ke Aur Duri sepanjang 30 Km

Korea Selatan bangun fasilitas terminal CNG di Banten senilai US$ 2 miliar

Industri


Kamis, 30 Juni 2011

Korea Selatan bangun fasilitas terminal CNG di Banten senilai US$ 2 miliar

JAKARTA. Tiga perusahaan asal Korea Selatan akan membentuk konsorsium guna membangun fasilitas terminal Compressed Natural Gas (CNG) di Bojanegara, Banten.

Ketiga perusahaan tersebut adalah Korea Electric Power Corporation (Kepco), Korea Gas Corporation (Kogas) dan Korea National Oil Company (KNOC). Total investasi untuk pembangunan fasilitas terminal CNG mencapai US$ 2 miliar.

"Konsep investasinya Kepco akan menggandeng Kogas dan KNOC. Kepco yang akan menjadi pemimpin," ujar General Manager Kepco, Kim Young Seng, Kamis (30/6).

Menurut Kim, proyek ini akan menguntungkan bagi kedua negara baik Indonesia dan Korea Selatan. Bagi Kepco, ini akan memperbesar perusahaan kami dan bagi Indonesia akan menjadi solusi bagi defisit gas PLN.

"Tiga perusahaan akan membangun penyulingan CNG dan sistem pembebanan dalam bidang gas serta bongkar dan sistem penyimpanan untuk pembangkit listrik," jelas Kim.

Menurut Kim, teknologi CNG ini akan menyuplai pembangkit listrik di Bojanegara dan kilang produksi amonia. Sebenarnya, proyek Bojanegara sudah disetujui oleh Korea Selatan dan Indonesia sejak Oktober 2004. Namun, hingga saat ini proyek tersebut belum terealisasi hingga saat ini.

Awalnya, Kepco akan membangun fasilitas terminal LNG, namun proyek tersebut terpaksa tertunda dan digantikan oleh CNG. "Karena terus tertunda, oleh karenanya kami mengusulkan untuk melakukan revisi mengganti bahan bakar pembangkit Bojanegara 750 megawatt (MW) dari LNG menuju CNG," kata Kim.

Permintaan gas di Indonesia tiap tahunnya makin tinggi. Sementara banyak lapangan-lapangan gas baik yang berskala kecil dan menengah masih belum dapat dikembangkan dengan baik.

Kim melanjutkan proyek tersebut, terintegrasi dari hulu ke hilir. Pertama, ketiga konsorsium itu akan mengembangkan gas di lapangan-lapangan marginal yang memiliki cadangan gas sebesar 0,5 Trillion Cubic Feet (TCF). Kemudian konsorsium juga akan membangun fasilitas terminal dan transportasi CNG.

Setelah itu, gas CNG akan dipergunakan untuk membangun pembangkit Bojanegara dengan kapasitas 750 MW. Selain membangun pembangkit Bojanegara, ketiga konsorsium juga akan membangun kilang produksi amoniak.

"Kilang produksi ammonia ini akan dibangun setelah Bojanegara dan lokasinya berdekatan dengan pembangkit Bojanegara. Hasil produksinya sebanyak 66% akan diekspor ke South Korea dan sisanya untuk domestik," kata Kim.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Evita Herawati Legowo mengatakan ada beberapa sumur gas di Jawa Barat yang bisa digunakan untuk proyek CNG ini. Namun, dia belum bisa menyebutkan lapangan mana saja yang memungkinkan untuk dikembangkan.

Prospek emiten semen di Indonesia


EMITEN SEMEN

Prospek emiten semen di Indonesia

Prospek emiten semen di Indonesia
JAKARTA. Kondisi ekonomi terkini ibarat angin segar bagi produsen semen. Indikator makroekonomi, seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) dan suku bunga, di atas kertas akan mendongkrak penjualan semen.
Budi Rustanto, analis Valbury Equity Research, mengutip proyeksi Asosiasi Semen Indonesia (ASI) bahwa penjualan semen nasional akan mengalami pertumbuhan 6%-8% tahun ini. "Pertumbuhannya mengikuti pertumbuhan GDP," kata Budi, Jumat (1/7).
Budi mengungkapkan, sekitar 60%-70% konsumsi semen nasional diserap sektor swasta, terutama properti perumahan dan perkantoran. Sebagian kecil sisanya diserap pemerintah. Namun, master plan pembangunan infrastruktur dan konstruksi pemerintah hingga tahun 2015 bisa menjadi salah satu katalis permintaan semen.
Hanya, produsen semen harus mengantisipasi masuknya pemain asing serta keterbatasan kapasitas produksi. Budi mengingatkan, produsen semen lokal tidak bisa memenuhi permintaan di tahun 2015 jika tidak melakukan ekspansi. "Saat ini kapasitas produksi semua produsen semen sudah terbatas," ujar dia.
Sebagai top pick, Budi memilih PT Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) yang menguasai pangsa pasar terbesar, yaitu 41,1% per Mei 2011. Nilai tersebut sebenarnya mengalami penurunan dari 42,8% di periode yang sama tahun lalu.
Namun, SMGR tengah membangun pabrik semen di Tonasa dan Tuban, serta pembangkit listrik di Tonasa. Kontribusi Pulau Jawa pada penjualan mencapai 48,2% per Mei 2011.
Ekspansi juga dilakukan oleh PT Indocement Tunggal Parakasa Tbk (INTP) serta PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB). Meramalkan bahwa dua tahun ke depan akan menjadi puncak untuk proyek infrastruktur, INTP meningkatkan porsi segmen semen aduk (ready-mix) dengan menambah 100 truk baru. Menurut Octavius Oky Prakarsa, Analis Mandiri Sekuritas, permintaan semen mix memang meningkat tajam, 24,3% di empat bulan pertama tahun ini. Sayang, pangsa pasar INTP relatif stagnan di 31,0% per Mei 2011.
Peningkatan pangsa pasar justru dialami SMCB, dari 13,7% per Mei 2010 menjadi 16,3% per Mei 2011. Namun, emiten itu perusahaan gagal mencetak pertumbuhan laba di kuartal pertama meskipun pendapatannya meningkat. "Untuk memperluas penetrasi pasar, perusahaan telah mengorbankan keuntungan," ujar Adrianus Bias Prasuryo, analis Samuel Sekuritas.
Diminati asing
Menurut Octavius Oky Prakarsa, analis Mandiri Sekuritas, permintaan semen mix memang meningkat tajam, 24,3% di empat bulan pertama tahun ini. Sayang, pangsa pasar INTP relatif stagnan di 31,0% per Mei 2011.
Peningkatan pangsa pasar justru dialami SMCB, dari 13,7% per Mei 2010 menjadi 16,3% per Mei 2011. Namun, emiten itu gagal mencetak pertumbuhan laba di kuartal pertama meskipun pendapatannya meningkat. "Untuk memperluas penetrasi pasar, perusahaan telah mengorbankan keuntungan," ujar Adrianus Bias Prasuryo, analis Samuel Sekuritas.
Perusahaan semen dalam negeri juga harus siap bersaing dengan banyaknya pemain asing yang berminat di sektor ini. Berdasarkan catatan KONTAN, setidaknya ada tiga pemain asing, yaitu konsorsium Anhui Conch Cement Company dan China Triumph International Engineering Co Ltd asal Cina, serta PT Lafarge Cement Indonesia asal Perancis, yang siap menyuntikkan dana untuk membangun pabrik semen di Indonesia.
"Perusahaan semen domestik masih bisa berjaya karena sudah punya brand image," ujar Budi. Namun, dia mewaspadai strategi para pemain asing ini, seperti pricing. Dia mengutarakan, margin industri semen di Indonesia cukup tinggi, sekitar 15%-20%, sehingga masih menarik untuk pemain baru.
Senada dengan Budi, Octavius juga memperkirakan ancaman dari pemain baru akan minimal, setidaknya dalam jangka pendek. "Pemain baru masih butuh waktu untuk memenangkan pasar," ujar dia.