Label

Minggu, 03 Juli 2011

PGN berkomitmen amankan pasokan gas untuk KS dan Pusri

Industri


Jumat, 01 Juli 2011

JAKARTA. Perusahaan Gas Negara (PGN) siap mengamankan pasokan gas untuk kebutuhan PT Krakatau Steel Tbk (KS) dan PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang.

Untuk kebutuhan gas KS, rencananya PGN bakal membangun floating storage regasification unit (FSRT) yang berlokasi di Selat Sunda. Volume kapasitas FSRU tersebut mencapai 3 juta ton (mtpa).
Sedangkan untuk Pusri, PGN akan membangun pipa-pipa transmisi dari sumber-sumber gas di Sumatera Selatan ke pabrik Pusri. "Dengan penandatanganan MoU tersebut, PGN dapat berkontribusi untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi," kata Direktur Utama PGN, Hendi Priyo Santoso, Jumat (1/7).

Terkait dengan pembangunan FSRU tersebut, PGN belum mau membocorkan berapa besar nilai investasinya. Menurutnya itu masih dalam perencanaan. "Untuk ground breaking akan kita bahas dengan KS kapan mereka membutuhkannya," kata Direktur Perencanaan dan Manajemen Resiko PGN, Wahid Sutopo.

Direktur Utama Pusri Palembang, Eko Sunarko mengatakan, untuk kebutuhan gas, pasokan gas akan berasal dari Grissik, ConocoPhilips. Jumlah pasokan gas yang siap akan dipasok mencapai 85 juta kaki kubik per hari (mmscfd). "Nanti yang akan membangun pipanya PGN. Kita harapkan nanti tahun 2015 sudah mengalir," kata Eko.

Saat ini, lanjut Eko volume gas yang menjadi kebutuhan Pusri Palembang sebesar 225 mmscfd. Dari total kebutuhan gas sebesar itu, Eko mengklaim bahwa semuanya aman. Jumlah pasokan yang diterima Pusri Palembang mencapai 225 mmscfd.

Kebutuhan gas sebesar itu untuk memproduksi pupuk sebesar 2 juta ton hingga akhir tahun ini. Pada semester pertama tahun ini, Pusri berhasil memproduksi pupuk sebesar 915.000 ton. Pada tahun lalu, produksi pupuk Urea sebesar 2,15 juta ton.

Menteri BUMN, Mustafa Abubakar menyambut baik rencana ini. Sebab dengan kebutuhan gas yang tercukupi berdampak kepada produksi pupuk. Sebagaimana diketahui, produksi pupuk dibutuhkan untuk meningkatkan ketahanan pangan. "Pupuk itu sekitar 30% dari biaya komoditi pangan," jelas Mustafa.

Ia melanjutkan, apabila semua pasokan gas dipenuhi maka produksi pupuk mencapai 13 juta ton. Padahal kebutuhan dalam negeri sebesar 9 juta ton per tahun. Sehingga, masih ada sekitar 4 juta ton yang dapat diekspor. "Tentunya ini akan menjadi nilai tambah untuk produksi pupuk," jelas Mustafa.

Kebutuhan gas untuk pabrik pupuk, kata Mustafa merupakan program prioritas utama pemerintah setelah produksi minyak. "Bahan bakar untuk produksi pupuk harus menggunakan gas. Berbeda dengan PLN yang bisa menggunakan BBM," kata Mustafa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar