Label

Minggu, 03 Juli 2011

Minta jaminan gas, industri minta PGN teken MoU

Industri

Selasa, 24 Mei 2011
JAKARTA. Kalangan industri pengguna gas kembali meminta kepastian pasokan gas. Mereka mendesak PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) segera meneken nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) mengenai kepastian pasokan gas bagi industri.
Meski sudah digagas sejak awal April 2011 lalu, nota kesepahaman itu belum juga direalisasikan. Sekretaris Jenderal Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB) Achmad Widjaya mengatakan, hingga kini belum ada kejelasan mengenai tindak lanjut dari kesepakatan yang akan diwujudkan dalam bentuk MoU itu. "Seharusnya jika tidak setuju, segera sampaikan ke kami," kata Achmad, Senin (23/5).
Nota kesepahaman itu digagas dalam breakfast meeting antara Kementerian Perindustrian dengan stake holders pengguna gas pada tanggal 5 April 2011 lalu. Saat itu, PGN berkomitmen untuk menekan MoU mengenai pasokan gas untuk industri.
Pertemuan itu dilatarbelakangi minimnya pasokan gas yang dialami sejumlah industri. Nota kesepahaman itu, menurut Achmad, merupakan upaya meminta PGN memenuhi pasokan gas industri sesuai yang tercantum dalam kontrak.
Kontrak itu pun sebenarnya belum memenuhi seluruh kebutuhan industri. Sedangkan saat ini, PGN menurutnya gagal memenuhi kontrak yang sudah ditandatangani. Kontrak pasokan gas industri pada tahun 2011 mencapai sekitar 1.016 juta kaki kubik per hari (mmscfd), tetapi PGN diperkirakan hanya bisa memenuhi 751 MMscfd.
Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Resiko PGN Wahid Sutopo mengatakan, mereka sudah melakukan pembahasan mengenai nota kesepahaman yang digagas bersama dengan FIPGB. “Sudah dibahas, tapi saya harus cek dulu perkembangan terbarunya,” kata Wahid.
Namun menurutnya, dalam nota kesepahaman itu perlu keterlibatan Dirjen Migas dan Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas. Kedua institusi itu menurutnya lebih berwenang dalam menentukan alokasi gas.
Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan industri, pemerintah akan mengimpor gas dari Timur Tengah. Saat ini, menurut Hidayat, sudah ada investor dari Aceh yang menawarkan diri sebagai importirnya. “Harga gas impor sama dengan yang diberikan oleh PGN," kata Hidayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar