Duta Firza dan LG garap Petrokimia
JAKARTA. PT Duta Firza
menggandeng LG International untuk membangun pabrik petrokimia di
wilayah Tangguh, Teluk Bintuni, Papua Barat. Nilai investasi pabrik
petrokimia tersebut sebesar Rp 27 triliun. Baik Duta maupun LG berharap,
pabrik petrokimia ini beroperasi mulai pada 2018.
Chief Executive Officer (CEO) Duta Firza, Firlie Ganinduto,
mengatakan, pihaknya dengan LG telah menandatangani perjanjian kerja
sama atau head of agreement (HoA), Rabu (28/3). Perjanjian itu diteken
Firlie selaku CEO Duta Firza dan Presiden LG, Young Bong Ha, disaksikan
Menteri Perindustrian MS Hidayat dan Menteri Perdagangan Gita Wiryawan.
Duta Firza maupun LG sama-sama memastikan pasokan gas untuk pabrik
petrokimia tersebut dari gas Lapangan Tangguh. "Kerja sama tersebut
meliputi kegiatan pra perencanaan, pra studi kelayakan, hingga tahap
pembangunan pabrik petrokimia," jelas Firza, kemarin.
Berdasarkan perjanjian ini, Duta Firza dan LG akan membentuk
perusahaan patungan alias joint venture company untuk merealisasikan
proyek. Perusahaan patungan tersebut, selain menanamkan investasi, juga
akan melakukan pembangunan hingga menjadi operator pabrik petrokimia.
Instalasi dan persiapan pelaksanaan proyek (comissioning) pabrik juga
akan dilakukan perusahaan tersebut.
Tahap pra perencanaan dan pra studi kelayakan akan dilakukan oleh
pihak ketiga dan ditargetkan selesai pada kuartal ketiga tahun ini.
Kemudian, pengemdangan dari tahap pertama tersebut akan dijalankan pada
kuartal pertama 2013. Target perusahaan tersebut, peletakan batu pertama
pembangunan pabrik petrokimia akan mulai dilakukan pertengahan 2014.
"Tes produksi pertama ditargetkan bisa dilakukan pada kuartal keempat
2017 atau awal 2018," ujar Firlie. Tepatnya, setelah Kilang Tangguh
Train 3 dan 4 selesai dibangun pada pertengahan 2017.
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas Badan Pelaksana
Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Gde Pradnyana
menuturkan, produksi gas dari Train 3 Kilang Tangguh sebagian memang
akan dialokasikan untuk pabrik petrokimia. "Namun saya belum tahu apakah
itu untuk Duta Firza dan LG atau bukan," kata dia.
BP Migas saat ini masih membahas rencana pengembangan atau plan of
development (POD) untuk Train 3. "Sementara Train 4 masih belum ada
cadangan gasnya, harus dieksplorasi dulu," jelas Firlie.
Kapasitas produksi Train 3 Kilang Tangguh rencananya bisa mencapai
3,8 juta ton per tahun dengan nilai investasi US$ 3,8 miliar. Besaran
investasi tersebut lebih besar dari dua train sebelumnya. Untuk Train 2,
untuk memproduksikan 1 ton dibutuhkan investasi US$ 250.000. Sementara
Train 3, untuk memproeduksi 1 ton gas membutuhkan US$ 1 juta. POD Train 3
diharapkan bisa rampung tahun ini dan akan berproduksi secara
komersial pada akhir 2016 atau awal 2017.
Saat ini, proyek Tangguh terdiri atas dua train yang masing-masing
berkapasitas produksi 3,8 juta ton per tahun atau total 7,6 juta ton per
tahun. Gas itu berasal dari tiga blok, yakni Berau, Wiriagar, dan
Muturi dengan cadangan terbukti 14,4 triliun kaki kubik (tcf). Produksi
Kilang Tangguh tersebut seluruhnya dialokasikan untuk ekspor dengan
rincian Sempra (AS) 3,6 juta ton per tahun, Fujian (Tiongkok) 2,6 juta
ton per tahun, dan Korea Selatan sekitar 1 juta ton per tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar