Label

Kamis, 27 Desember 2012

Pertamina Targetkan Penuhi 80 Persen Petrokimia

Pertamina Targetkan Penuhi 80 Persen Petrokimia

Jumat, 14 Desember 2012
Pertamina Targetkan Penuhi 80 Persen Petrokimia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir mengatakan, perusahaan itu menargetkan dapat memenuhi kebutuhan industri petrokimia dalam negeri sebesar 80 persen di tahun 2025.

"Langkahnya untuk mencapai itu dengan memaksimalkan jaringan kilang yang ada di Pulau Jawa, Sumatra, Banten, Kalimantan, dan Papua," kata Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir dalam diskusi Forum Wartawan Perindustrian di Jakarta, Jumat (14/12).

Dia mengatakan, saat ini Pertamina hanya bisa memenuhi 10 persen kebutuhan petrokimia dalam negeri. Menurut dia, selama ini sejumlah 800 ribu ton Petrokimia dalam negeri di pasok dari impor. "Kami menargetkan memenuhi 30 persen kebutuhan industri itu di tahun 2017," ujarnya.

Ali mengatakan, potensi industri petrokimia sangat besar, sehingga diperlukan pembangunan kilang untuk mencapai tujuan itu. Menurut dia, saat ini Pertamina memiliki dua kilang besar untuk memenuhi kebutuahn petrokimia itu yaitu kilang Balongan dan Cilacap, lalu ada di Balikpapan dan di Tangguh Papua. "Rencannya dua kilang baru akan dibangun," ujarnya.

Menurut dia, untuk kilang Balongan direncanakan dapat menghasilkan kapasitas Polypropylene sebanyak 250 ribu ton pertahun. Dia mengatakan, proyek itu untuk menaikkan nilai tambah propylene RU VI menjadi produk polypropylene yang memiliki nilai jual tinggi untuk market dalam negeri. "Kilang baru sudah ditentukan siapa saja sehingga prosesnya bisa berjalan maksimal," katanya.

Menurut dia, nilai investasi pembangunan kilang dengan kapasitar 200 ribubarel adalah sejumlah 8 miliar dolar AS. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto mengatakan impor Indonesia di sektor migas dan petrokimia senilai 32 miliar dolar AS.

Dia mengatakan Indonesia penuh Sumber Daya Alam berupa migas dan batubara untuk mengembangkan industri petrokimia sebagai salah satu penopang industri nasional. "Keberadaan industri petrokimia memberi manfaat antara lain penguatan struktur industri kimia dan industri terkait dari hulu hingga produk jadi, pengembangan wilayah industri, dan penghematan devisa," katanya.

Menurut dia, Indonesia masih kekurangan pasokan produk-produk petrokimia, seperti polypropylene dengan kebutuhan 1.055.000 ton namun pasokannya hanya 955 ribu ton. Namun dia meyakinkan bahwa tahun 2016 Indonesia memiliki kelebihan pasokan produk petrokimia dengan beberapa rencana pengembangan.

Dia mengatakan industri petrokimia selama ini belum terintegrasi. Untuk itu menurut dia perlu membangun tiga kilang dengan kapasitas masing-masing 300 ribu BPD terintegrasi dengan pabrik petrokimia untuk memasok BBM dan bahan baku pabrik olefin dan aromatic. "Selain itu membangun naphtha cracker baru 1 juta ton ethylene per tahun," katanya.

Menurut dia, pengembangan industri petrokimia perlu difokuskan pada penguatan struktur hulu ke hilir melalui pembangunan industri petrokimia dasar yang memanfaatkan cadangan migas dan batubara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar