OLEH SITI MUNAWAROH
Bisnis Indonesia
JAKARTA: Industri plastik hilir diperkirakan
hanya tumbuh 5% pada 2011,
lebih rendah dari tahun ini sekitar 7%—
8%, akibat banyaknya permasalahan
yang menekan daya saing sehingga
menghambat pertumbuhan sektor ini.
Ketua Umum Asosiasi Industri Plastik
Hilir Indonesia (Aphindo) Tjokro Gunawan
mengatakan masih ada beberapa hal
yang menghambat pertumbuhan industri
plastik hilir di dalam negeri pada 2011.
“Pertumbuhan pada 2010 bisa dikatakan
tidak terlalu jelek. Untuk 2011,
kalau bisa tumbuh 5% saja sudah bagus,”
katanya kemarin.
Dia menuturkan saat masa kejayaannya,
industri plastik hilir mampu tumbuh
dua digit, yakni 15%, tetapi pertumbuhan
sektor ini terus menurun menjadi 12%-
10% dan tahun ini sekitar 7%—8%.
Menurut Tjokro, beberapa hal yang
menghambat dan menjadi faktor negatif
terhadap pertumbuhan industri plastik
hilir pada 2011, di antaranya masalah
pasokan bahan baku, proses bea masuk
ditanggung pemerintah (BMDTP) yang
berbelit, dan tren kenaikan harga minyak
mentah dunia.
Adapun suku bunga kredit yang diproyeksi
stabil menjadi faktor positif bagi
pertumbuhan industri plastik hilir.
Untuk pasokan bahan baku, Tjokro
menegaskan suplai dari dalam negeri
masih tersendat-sendat sehingga masih
terjadi kesenjangan suplai dan permintaan.
Kondisi ini diperparah dengan terhentinya
produksi pabrik PT Polytama
Propindo karena masalah utang piutang
dengan PT Pertamina (Persero).
“Meski ada ekspansi dari PT Chandra
Asri dan PT Tripolyta, tetapi belum signifikan.
Pasokan bahan baku lokal yang
belum mencukupi ini menyebabkan industri
di dalam negeri masih mengimpor,”
jelasnya.
Impor bahan baku plastik, yakni polietilena
(PE) dan polipropilena (PP),
hingga akhir tahun ini diprediksi melonjak
50% menjadi lebih dari 780.000
ton. Impor PE dan PP pada tahun depan
diproyeksi masih cukup tinggi seiring
dengan permintaan yang terus meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar