Label

Senin, 21 Februari 2011

Sasol, Siemens & British Gas incar proyek olefin

Klaster industri petrokimia disiapkan
OLEH RUDI ARIFFIANTO
Bisnis Indonesia
JAKARTA: Tiga perusahaan
multinasional, yakni Sasol
(Afrika Selatan), Siemens AG
(Jerman), dan British Gas
Lurgi (India) berebut proyek
konversi batu bara menjadi
olefin di Kalimantan Timur dan
Kalimantan Selatan, yang diperkirakan
menelan investasi
US$300 juta.
Dirjen Industri Berbasis Manufaktur Kementerian
Perindustrian Panggah Susanto
mengatakan pemerintah melihat kemungkinan
untuk melakukan diversifikasi
bahan baku di sektor petrokimia, dari minyak
ke bahan baku lainnya, seperti batu
bara dan gas.
“Diversifikasi bahan baku ini merupakan
bentuk perhatian pemerintah terhadap
upaya untuk mencapai kemandirian produksi
petrokimia nasional dari hulu hingga
hilir,” katanya kepada Bisnis kemarin.
Dia mengungkapkan pemerintah sedang
memfasilitasi rencana investasi beberapa
perusahaan di Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan. Perusahaan itu di antaranya
Suid Afrikaanse Steenkool en Olie
(Sasol), Siemens, dan British Gas Lurgi.
Nilai proyek konversi batu bara ke olefin
yang disiapkan pemerintah dalam proyek
klaster industri petrokimia di Kaltim itu diperkirakan
menelan investasi US$300 juta.
“Mereka tertarik untuk investasi pabrik
coal to olefin. Sasol, misalnya, selain akan
membuat BBM juga akan membuat olefin
dari batu bara. Yang mereka butuhkan batu
bara muda dan sekarang mereka mencari
mitra produsen batu bara di dalam negeri,”
ujarnya.
Wacana pengalihan bahan baku dari minyak
mentah ke gas dan batu bara muncul
seiring dengan peningkatan harga minyak
mentah di pasaran dunia. Saat ini, harga
minyak mentah bertengger di posisi US$90
per barel, bahkan untuk pengiriman periode
Februari 2011 mencapai US$94 per
barel.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin
Aromatik dan Plastik Indonesia
(INAPlas) Fajar AD Budiyono sebelumnya
mengungkapkan pemerintah telah menyusun
rencana pengembangan klaster industri
petrokimia di Kaltim dengan konsep
pengalihan bahan baku dari berbasis minyak
mentah menjadi batu bara atau gas.
Dia mengatakan batu bara dan gas lebih
efisien untuk memproduksi olefin (etilena
dan polietilena) dibandingkan dengan minyak
yang harganya cenderung meningkat.
Saat ini, tutur Fajar, sudah ada perusahaan
dalam negeri dan asing yang menjajaki
kerja sama konversi batu bara ke olefin
yang diperkirakan berlokasi di Kutai Kartanegara,
Kaltim.
“Tadinya mau buat klaster kilang, tetapi
ternyata lebih efisien apabila menggunakan
gas atau batu bara ke metanol dengan
produk akhir olefin. Sekarang pembahasan
bisnis dilakukan dan diharapkan tahun
depan kerja sama bisa direalisasikan,”
ungkapnya tanpa menyebutkan detail
perusahaan yang akan terlibat. (Bisnis, 28
Des.)
Penerapan SNI
Panggah menambahkan pemerintah juga
sedang mempersiapkan penetapan 20
SNI untuk produk petrokimia hilir, seperti
cast polypropylene film (CPP film), karung,
terpal, dan flexible packaging lainnya.
Menurut dia, penetapan SNI itu sebagai
salah satu senjata pemerintah untuk melindungi
industri dalam negeri dari serbuan
produk impor.
“Pembahasan SNI di panitia teknis sudah
dan setelah itu akan diusulkan ke Pusat
Standardisasi, lalu ke BSN [Badan Sertifikasi
Nasional]. Tetapi kemungkinan tidak
semua produk itu akan dikenakan SNI
wajib, sebagian mungkin sukarela,” ujarnya
tanpa memerinci produk-produk yang
dimaksud. (rudi.ariffianto@bisnis.co.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar