Label

Jumat, 03 Juni 2011

Stok melimpah, produsen pupuk ekspor 140.000 ton

Stok melimpah, produsen pupuk ekspor 140.000 ton
JAKARTA. Rendahnya serapan pupuk dalam negeri mengakibatkan stok pupuk bersubsidi berlimpah. Berdasarkan data dari Pupuk Sriwijaya Holding, status tanggal 31 Maret 2011, stok pupuk mencapai 1,2 juta ton. Padahal ketentuan stok pupuk seharusnya 416.425 ton. Ini berarti stok pupuk bersubsidi nasional mencapai 289% dari ketentuan stok nasional.

"Masih ada sekitar 700.000 ton lagi, ini nanti akan kita salurkan untuk perkebunan dan ekspor," ujar Direktur Pemasaran PT Pupuk Sriwidjaya (Pusri) Holding, Bambang Tjahyono kepada KONTAN, Senin (2/5).

Menurut Bambang, pihaknya sudah mendapatkan izin ekspor dari Kementerian Perdagangan untuk melakukan izin ekspor. BUMN pupuk sudah mendapatkan izin ekspor sebesar 60.000 ton tiap bulannya. Dari jumlah stok pupuk yang ada, BUMN pupuk tersebut berencana untuk melakukan ekspor sebesar 140.000 ton.

Sedangkan realisasi ekspor pupuk sudah mencapai 70.600 ton. Sisanya, kata Bambang akan diekspor pada akhir bulan Mei 2011. "Untuk kebutuhan perkebunan kita proyeksi kan 50.000 ton per bulan," kata Bambang.

Untuk tujuan negara ekspor, Pusri melakukan ekspor kepada beberapa negara Asia seperti Thailand, Vietnam, Malaysia dan India. Permintaan pupuk paling tinggi berasal dari India dan Thailand.

Bambang melanjutkan, Pusri tidak akan mengerem laju produksi pupuk akibat dari melimpahnya stok pupuk nasional. Sebab hal itu akan membuat biaya tambahan untuk produsen pupuk. "Pupuk kita cukup digemari di pasar ekspor. Jadi nanti kalau dalam negeri tidak bisa menyerap, luar negeri ada yang menampung," jelas Bambang.

Meski melakukan ekspor, kata Bambang, Pusri Holding tetap terus mengamankan kebutuhan dalam negeri. Ia menuturkan, sebenarnya untuk stok ideal pupuk adalah Rp 200.000 ton. Namun, Pusri Holding menaikkan ketentuan stok pupuk nasional minimal menjadi 500.000 ton.

Ini berarti ketentuan stok pupuk nasional sudah melebihi dari kebutuhan yang sudah ada. "Tapi kan pupuk itu sensitif, makanya kita akan terus jaga stok supaya tidak ada kekurangan," kata Bambang.

Direktur Utama PT Petrokimia Gresik, Hidayat Nyakman juga mengeluhkan hal yang sama. Saat ini serapan pupuk bersubsidi milik Petrokimia Gresik hanya sebesar 75% dari Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian. Stok pupuk NPK petrokimia tanggal 02 Mei 2011 mencapai 379.500 ton sedangkan untuk stok pupuk Urea mencapai 393.000 ton.

Stok pupuk NPK Petrokimia terdiri dari Phonska 128.500 ton, ZA sebesar 130.000, SP 36 sebesar 40.000 dan pupuk organik sebesar 81.000 ton. Menurut Hidayat, stok tersebut cukup untuk 4 minggu. Sedangkan ketentuan stok nasional pupuk sekitar 2 minggu. "ZA kan stoknya mencapai 130.000 ton padahal amannya 80.000 ton. Sehingga masih ada kesempatan untuk mengekspor sebesar 50.000 ton," tutur Hidayat.

Sayangnya, untuk saat ini Petrokimia masih belum mau ekspor. Sebab, kondisi anomali musim yang tidak menentu mengakibatkan musim tanam bergeser. Petrokimia menunggu hingga musim tanam selesai baru bisa memutuskan untuk ekspor atau tidak. "Nanti setelah Mei baru bisa kita putuskan berapa besar yang akan diekspor," lanjut Hidayat.

Sebelumnya, Petrokimia sudah melakukan ekspor pupuk phonska ke beberapa negara seperti India dan Brazil. Menurut Hidayat, saat ini Petrokimia sedang menjajaki pasar baru untuk ekspor. Sehingga nantinya tidak hanya ekspor ke negara-negara Asia melainkan di luar Asia. Ini, untuk mengantisipasi jika serapan pupuk dalam negeri terus rendah. Sedangkan pabrik pupuk tidak bisa menekan laju produksi karena akan mengakibatkan tambahan biaya.

"Pupuk kita itu layak diminati. Buktinya saat ini ada permintaan selain dari pasar konvensional ada juga dari pasar baru seperti Brazil dan Afrika. Di Nigeria kan sudah ada perkebunan sawit. Tapi ini kita masih menahan dulu," tandas Hidayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar