Label

Selasa, 11 Oktober 2011

Perindustrian Masih Berharap Pasokan Gas Domestik

Perindustrian Masih Berharap Pasokan Gas Domestik

Kementerian Perindustrian menilai kebutuhan gas industri masih bisa dipenuhi dari pasokan gas domestik. (IFT/MELLY RIANA SARI) JAKARTA (IFT) – Kementerian Perindustrian masih berharap agar kebutuhan gas bagi industri nasional dipenuhi dari pasokan gas domestik sehingga rencana impor gas bisa dikaji ulang. MS Hidayat, Menteri Perindustrian, mengatakan salah satu opsi agar target pasokan gas industri di 2011-2012 sebesar 2.900 juta meter standar kaki kubik per hari (mmscfd) bisa direalisasikan adalah mengalihkan jatah ekspor gas ke Singapura. 

“Ini kan dilema, kita ekspor ke Singapura begitu besar, sedangkan dalam negerinya sendiri nggak bisa terpenuhi,” ujarnya.

Menurut Hidayat, pemerintah telah memikirkan rencana lain untuk memenuhi kebutuhan gas domestik, yakni dengan skema impor gas. Bahkan, Kementerian Perindustrian sudah membicarakan masalah ini dengan importir gas yang akan menyewa terminal gas tapung. Izin impor gas sudah didapatkan, sehingga jika dirasa mendesak maka opsi impor gas akan direalisasikan. 

“Saya sudah dapat izin dari pemerintah, dari Presiden, kalau memang sangat mendesak, impor nggak apa-apa,” ujarnya.

Panggah Susanto, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian, mengatakan sebenarnya ada 3 blok penghasil gas yang bisa memenuhi kebutuhan gas industri domestik. Di antaranya, blok  Tangguh dengan potensi 879,57 juta meter standar kaki kubik per hari, serta blok Cepu dan Mahakam sebesar 2.346 juta meter standar kaki kubik per hari sebagaimana yang tercantum dalam target anggaran pendapatan belanja negara 2011-2012. 

“Masih belum tahu kapan memutuskan untuk impor. Lebih baik memakai gas yang ada di dalam negeri. Yang pasti secepatnya,” katanya.

Achmad Safiun, Ketua Forum Industri Pengguna Gas Bumi, mengatakan Santos, perusahaan minyak dan gas asal Australia pernah merencanakan untuk mengadakan perbaikan di fasilitas produksinya sehingga berdampak pada penghentian operasi  sementara sekitar 15 hari. Padahal lapangan Maleo yang berlokasi di Kabupaten Sumenep memproduksi gas sebesar 120 juta kaki kubik per hari disalurkan ke PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), yang nantinya disalurkan ke industri domestik.

Namun kalangan pelaku industri memprotes hal ini karena akan menyebabkan kekurangan gas pada industri. Akhirnya, beberapa hari sekali pasokan gas terhenti. “Santos belum memutuskan kapan akan perbaikan,” ujarnya.

Menurut Safiun, walaupun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sudah sanggup untuk mendanai pembuatan infrastruktur, namun belum di putuskan untuk mengambil gas dari mana.

Safiun mengatakan, pilihan untuk impor gas merupakan pilihan yang baik. Infrastruktur dari Aceh bisa langsung di salurkan melalui Duri, kemudian menuju Sumatera Selatan dan di salurkan ke jawa barat. Jika pilihan untuk impor batal, maka ia meminta gas dari lapangan Grissik, Blok Koridor, Sumatera Selatan  yang dikelola ConocoPhillips Indonesia sebesar 400-500 juta kaki kubik per hari (mmscfd) yang di ekspor ke Singapura  untuk di tutup dan di belokkan ke Indonesia.

Kebutuhan akan gas industri saat ini sebesar 2942 juta meter standar kaki kubik per hari. Namun gas yang tersedia saat ini termasuk dari lapangan gas Maleo hanya sebesar 780 juta meter standar kaki kubik per hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar