Label

Rabu, 12 Oktober 2011

Pertumbuhan Penjualan Industri Plastik Hilir Diproyeksikan Melambat

Pertumbuhan Penjualan Industri Plastik Hilir Diproyeksikan Melambat

Volume penjualan industri plastik hilir menjelang puasa dan Lebaran tahun ini melambat. Padahal, biasanya pada periode ini permintaan produk plastik cukup besar. (IFT/MS FAHMI) JAKARTA (IFT) – Volume penjualan industri plastik hilir  nasional diprediksi akan melambat di 2011 dibandingkan rata-rata pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 7%. Tjokro Gunawan, Ketua Asosiasi Industri Plastik Hilir Indonesia, memperkirakan perusahaan plastik hilir kategori besar akan mengalami penurunan volume penjualan sebesar 5%. Bahkan, dari sisi nilai penjualan lebih besar, penurunan yang terjadi lebih besar, yakni 15%.

“Saya tidak tahu apakah ini karena daya beli masyarakat yang turun atau pengaruh dari produk impor,” katanya di Jakarta, Kamis. 

Menurut Tjokro, fenomena penurunan volume penjualan tidak biasanya terjadi. Apalagi, menjelang puasa dan Lebaran yang selalu membutuhkan plastik dalam jumlah lebih. Di bulan-bulan ini seharusnya volume maupun nilai penjualan mengalami peningkatan. Fakta yang yang terjadi sebaliknya, industri plastik hilir mengalami pelambatan volume dan nilai penjualan.

Kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China membuat barang jadi plastik impor dari ASEAN dan China bebas bea masuk ke pasar Indonesia. Jika tidak memiliki daya saing, industri plastik lokal akan kalah bersaing di pasar domestik.

Kesepakatan tersebut juga akan mendorong relokasi pabrik ke negara lain di kawasan ASEAN, sebab untuk menjualnya kembali ke Indonesia sudah bebas bea masuk. Sedangkan industri plastik lokal masih harus impor pasokan bahan baku. Di sisi lain, manfaat positifnya perusahaan plastik yang melakukan ekspor ke kawasan ASEAN dan China juga bebas bea masuk. 

“Pabrik Johnson & Johson misalnya, pindah ke Thailand untuk mencari lokasi yang bisa memproduksi barang secara lebih murah. Sebab semua bahan baku tersedia di Thailand,” katanya. 

Felix S. Hamidjaja, Ketua Umum Asosiasi Industri Kemasan Flexible Indonesia, mengatakan kebutuhan bahan baku plastik, seperti polypropylene tahun ini diprediksikan mencapai 1,1 juta ton, yang 60% di antaranya dipenuhi dari dalam negeri dan sisanya impor. Sedangkan kebutuhan industri plastik akan polyethylene mencapai 200 ribu ton per tahun.

Menurut Departemen Riset IFT, industri plastik hilir nasional dapat melemah dikarenakan banyaknya masuk produk kemasan plastik jadi impor, terutama dari kawasan ASEAN yang bebas bea masuk. Keadaan diperparah dengan kendala bahan baku, sehingga dibutuhkan peran pemerintah terhadap ketersediaan kebutuhan bahan baku industri plastik sementara domestik tidak dapat memenuhi.

Bahan baku industri plastik polypropylene dan polyethylene dibuat dari nafta yang berasal dari minyak bumi. Hanya PT Pertamina (Persero) yang menghasilkan nafta di dalam negeri, tapi 60% produksinya diekspor.

Dengan mengimpor bahan baku plastik dari luar ASEAN maka dikenakan bea masuk 15%. Hal ini menjadikan harga tidak kompetitif, sehingga tidak dapat bersaing dengan porduk sejenis di pasar internasional dan domestik dengan masuknya produk-produk asing.

Bea Masuk

Tjokro mengatakan industri plastik hilir nasional juga meminta agar pemerintah menurunkan bea masuk bahan baku plastik menjadi 5% dari sebelumnya 15%, seiring rencana pemerintah untuk merevisi Peraturan Menteri Keuangan Nomor 19 Tahun 2009 dengan menurunkan bea masuk polypropilene dari 15% menjadi 10%.

“Sebenarnya turun menjadi 10% pun tidak apa-apa, asalkan tanpa embel-embel tata niaga,” katanya. Tingginya bea masuk yang harus ditanggung industri plastik hilir mengakibatkan biaya bahan baku menjadi lebih tinggi dan produk yang dihasilkan menjadi tidak bersaing.

Totok Wibowo, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Aneka Tenun Plastik Indonesia,  menambahkan Indonesia masih memakai rezim proteksi di sektor hulu namun justru malah merugikan industri hilir. 

“Seharusnya pemerintah meningkatkan daya saing industri, bukan sedekar pr

1 komentar:

  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus