Label

Selasa, 27 Desember 2011

Hankook Pasok Kebutuhan Bahan Baku Karet dari Indonesia

Hankook Pasok Kebutuhan Bahan Baku Karet dari Indonesia


JAKARTA (IFT) – Hankook Tire, produsen ban Korea Selatan, akan memenuhi kebutuhan bahan baku karet pabrik ban di Indonesia dari dalam negeri. Seung Hwa Suh, Vice Chairman & Chief Executive Officer Hankook Tire, mengatakan penggunaan bahan baku karet untuk menjadi ban tidak hanya karet alam, tetapi juga karet sintetis.

“Pabrik di Cikarang ini akan memakai 100% karet alam dari Indonesia. Untuk pabrik lainnya, di luar Indonesia, akan memakai karet alam dari Indonesia dan Thailand,” katanya saat peletakan batu pertama pembangunan pabrik Hankook di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Senin.

Indonesia merupakan salah satu produsen karet terbesar di dunia dengan total produksi 2,92 juta ton pada 2010. Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Vietnam memasok 95% dari  permintaan karet dunia.

Menurut Seung Hwa, Hankook Tire menanamkan investasi strategisnya di Indonesia untuk mengakomodasi tingginya permintaan ban berkualitas tinggi untuk mencapai perluasan bisnis secara global.

Hankook Tire akan menginvestasikan US$ 353 juta untuk tahap awal pembangunan pabrik ban berkapasitas 6 juta ton ban per tahun. Hankook akan memproduksi sekitar 5,3 juta unit ban mobil per tahun dan 840 ribu unit ban truk dan bus per tahun. Hasil produksi Hankook di Indonesia, 70% ditujukan untuk pasar ekspor dan 30% untuk pasar domestik.

Pabrik itu ditargetkan akan mulai beroperasi di 2014 dan akan mempekerjakan sekitar 1.400 pegawai.  Hankook akan terus menambah investasinya hingga US$ 1,1 miliar sampai 2018 untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 16 juta unit ban per tahun.


Pabrik ban yang dibangun di Indonesia merupakan pabrik ke-7 Hankook di seluruh dunia. Indonesia merupakan negara keempat yang menjadi basis produksi ban perusahaan, setelah Korea Selatan, China, dan Hungaria.

MS Hidayat, Menteri Perindustrian, mengatakan potensi  bisnis serta sumber daya di Indonesia akan memudahkan Hankook Tire menerapkan strategi perluasan bisnisnya dan mencapai pertumbuhan bisnis yang  signifikan di Indonesia.

Industri ban, menurut dia, merupakan salah satu andalan  industri manufaktur yang terus berkembang, baik dari kemampuan produksi maupun  ekspor. Keberadaan 13 produsen ban nasional telah mampu memproduksi berbagai  tipe dan ukuran ban mobil penumpang, truk, bus dan kendaraan berat dengan  kemampuan produksi lebih dari 50 juta ban serta memproduksi ban sepeda motor yang mencapai 28 juta ban.

“Hasil produksi itu dapat memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Bahkan sekitar 70% hasil produksi  di ekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Asia, Australia, dan Eropa,” katanya.


Prospek Positif

Menurut Departemen Riset IFT, perkembangan industri ban sangat ditopang oleh perkembangan perusahaan produsen mobil, sepeda motor, truk, dan bus. Penjualan mobil domestik selama 2010 meningkat sebesar 57% menjadi 765 ribu unit dibandingkan 486 ribu unit pada 2009. Pertumbuhan yang tinggi itu disebabkan oleh kondisi makro ekonomi yang sangat baik. Pada 2010, penjualan sepeda motor meningkat 26% dari 5,9 juta unit pada 2009 menjadi 7,4 juta unit pada 2010.

Dengan jumlah populasi mobil dan sepeda motor yang melonjak tajam selama beberapa tahun terakhir,  penjualan ban pengganti di pasar domestik, seperti dilaporkan Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia, juga melonjak menjadi 34 juta unit.

Angka ini tidak termasuk ban impor dan produsen ban non-anggota Asosiasi Perusahaan Ban. Penjualan di segmen ban radial sebesar 5,7 juta ban 4,9 juta ban biasa dan 23,4 juta ban sepeda motor.

Tingkat penjualan ini menggambarkan pertumbuhan yang kuat dalam semua segmen dari 2009, sebanyak 23,9 juta ban terjual dalam pasar ban pengganti domestik sesuai hasil riset. Pertumbuhan dalam pasar original equipment manufacturer pada masa lalu akan mencerminkan penjualan di masa depan pada pasar ban pengganti.

Ke depan, industri ban nasional akan didukung oleh berbagai kebijakan pemerintah, salah satunya adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas karet alam dari 3 juta ton pada 2009 menjadi 4 juta ton per tahun dengan pertumbuhan sekitar 4% per tahun. Dengan begitu,  pasokan terhadap sumber daya akan lebih murah dan lancar. Hal ini juga didukung rencana pemerintah untuk meningkatkan sumber daya manusia petani karet untuk mampu memproduksi kualitas karet yang lebih bagus.

Kebijakan penerapan secara wajib Standar Nasional Indonesia untuk barang-barang karet, termasuk komponen otomotif akan berdampak positif terhadap industri ban nasional. Kebijakan itu akan membantu menyadarkan dan meningkatkan tentang kualitas produk buatan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar