Label

Senin, 26 Desember 2011

Industri kimia hilir menjadi sektor terfavorit PMA di semester I 2011

INVESTASI INDUSTRI PMA
Industri kimia hilir menjadi sektor terfavorit PMA di semester I 2011
JAKARTA. Lima kelompok industri menjadi favorit investasi selama periode semester I 2011. Kelompok industri itu tercatat mendapat tambahan realisasi investasi pada pos penanaman modal asing (PMA) dan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

"Ada lima kelompok industri yang sama-sama menduduki peringkat lima besar untuk PMA dan PMDN," ucap Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahayana, Rabu (24/8).

Kelompok tersebut meliputi industri kimia hilir dengan 29 perusahaan yang mengantongi izin prinsip investasi senilai US$ 6,053 miliar. Selain itu, industri makanan minuman dan tembakau dengan 30 perusahaan berinvestasi sebesar US$ 4,851 miliar, serta industri kimia dasar yang mendapat tambahan investasi senilai US$ 4,291 miliar dari sembilan perusahaan.

Kemudian, 16 perusahaan berhasil mengantongi izin prinsip investasi senilai US$ 3,221 miliar pada industri hasil hutan dan perkebunan dan 15 perusahaan berinvestasi senilai US$ 2,075 miliar pada industri tekstil.

Kelima kelompok industri itu mendominasi realisasi investasi PMDN semester I 2011 yang tercatat sebesar US$21,921 miliar. Bahkan, kelompok yang sama pun menyumbang sebagian besar realisasi investasi PMA semester I 2011.

Kelompok industri itu meliputi sektor hasil hutan dan perkebunan dengan 35 perusahaan yang mendapat izin prinsip (IP) investasi senilai US$5 miliar. Selanjutnya, industri makanan minuman dan tembakau diminati 58 perusahaan dengan nilai investasi mencapai US$ 2,810 miliar.

Lalu, sebanyak 57 perusahaan mengantongi izin prinsip investasi senilai US$ 1,021 miliar di industri kimia hilir. Selanjutnya, 58 perusahaan berinvestasi senilai US$ 584,753 juta di industri tekstil, dan 15 perusahaan dapat izin prinsip investasi senilai US$ 552,003 juta di industri kimia dasar. Kelima sektor itu menyumbang realisasi investasi PMA sebesar US$ 11,526 miliar.

Investasi pada beberapa sektor itu, sebagai upaya peningkatan kapasitas untuk memenuhi permintaan ekspor. Selama kurun waktu 2007-2010 saja, Indonesia telah membukukan ekspor tekstil dan produk tekstil mencapai US$ 11,206 miliar. Industri kimia dasar tercatat mengekspor sebesar US$ 4,578 miliar serta industri pulp dan kertas mencapai US$ 5,708 miliar.

Olahan kayu mencatatkan angka ekspor mencapai US$ 4,280 miliar, olahan kepala atau kelapa sawit tercatat sebesar US$ 17,254 miliar, serta olahan karet sebesar US$ 9,523 miliar.
Artinya, realisasi investasi baru itu mengindikasikan tingginya permintaan produk Indonesia untuk pasar ekspor. Meski tidak dapat dipungkiri, komoditi ekspor masih belum sepenuhnya berbentuk barang konsumsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar